Menkes Puji Jakarta, Daerah Terbaik dalam Vaksinasi dan Testing Corona

28 Mei 2021 15:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin telah memohon maaf kepada seluruh pihak di lingkungan Pemprov DKI, termasuk tenaga kesehatan, yang merasa kecewa tentang skor E terkait pengendalian pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Menkes mengklarifikasi bahwa skor E yang didapat DKI Jakarta dalam penanganan COVID-19 bukan penilaian kinerja, melainkan indikator risiko.
"Saya melihat banyak hal yang sudah dilakukan dengan baik. DKI adalah daerah yang testingnya paling tinggi, dan testing sangat menentukan," kata Budi dalam siaran pers virtual Kemenkes yang disaksikan kumparan, Jumat (28/5).
"Kalau banyak yang bilang vaksinasi adalah satu-satunya, saya kira tidak. Untuk mengatasi pandemi kita harus ketatkan prokes 3T nomor 2 harus baik, kesiapan RS dan strategi perawatannya harus baik nomor 3, dan keempat vaksinasi," lanjut Budi.
Empat hal tersebut (testing, 3T, kesiapan RS, dan vaksinasi) harus dilakukan bersamaan.
"Keempat strategi ini harus berbarengan. Vaksinasi sendiri tidak akan menyelesaikan pandemi. Dan untuk urusan testing saya lihat dari seluruh provinsi DKI yang paling banyak," tegas Budi.
ADVERTISEMENT
Selain testing, Budi turut memuji progres vaksinasi di DKI Jakarta yang cukup baik. Khususnya vaksinasi bagi lansia yang sudah mencapai 60 persen dari target.
Peserta menjalani observasi seusai memperoleh vaksinasi corona Astrazeneca di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5/2021). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
"Urusan vaksinasi saya bisa bilang bahwa tiga provinsi yang paling agresif adalah DKI, Bali, dan Yogya. Saya juga berterima kasih ke teman-teman nakes DKI, teman-teman aparat pemerintah DKI, karena memang lansianya paling tinggi di DKI. Lebih dari 60 persen sekarang sudah disuntiknya, mungkin lebih," ucap Budi.
"Berkali-kali saya sampaikan lansia paling rentan. Kalau lansia terkena, paling banyak masuk RS dan wafat paling besar. Jadi kalau kita fokus ke lansia nanti pasca-Lebaran, insyaallah lansia kita kalau kena tidak perlu masuk RS. Kalaupun masuk RS lebih cepat sembuhnya. Sehingga pressure RS dan pressure karena banyak yang wafat bisa rendah sekali," beber Budi.
ADVERTISEMENT
Menkes Apresiasi Nakes DKI Jakarta
Menkes Budi Gunadi Sadikin menekankan kembali, skor E penanganan pandemi yang sebelumnya disampaikan Wamenkes Dante Saksono di DPR adalah indikator risiko, yang digunakan untuk melihat laju penularan COVID-19 di suatu daerah. Nilai E bukan nilai kinerja.
Wamenkes dr Dante Saksono Harbuwono divaksinasi COVID-19 di RSCM, Jakarta, Minggu (14/1/2021). Foto: Kemenkes RI
Apabila merujuk pada perkataan Budi, DKI Jakarta mendapat skor E karena risiko penularan COVID-19 yang tinggi dan dalam level waspada dalam penanganan pandemi.
Namun, bukan berarti penanganan COVID-19 di DKI Jakarta buruk. Budi malah mengapresiasi sejumlah keunggulan penanganan COVID-19 di DKI Jakarta.
RSUD Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan

Menkes Puji RSUD dan Puskesmas di Jakarta

Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menyampaikan apresiasinya pada RSUD dan puskesmas di Jakarta.
"Saya datang ke beberapa puskesmas di Indonesia, dua di antaranya di DKI, di Setiabudi dan Kramat Jati, saya lihat bagaimana mereka bekerja dengan sangat keras, mengejar bagaimana lansia bisa disuntik. Saya juga datang ke RSUD Pasar Minggu, kaget juga RSUD kok bagus sekali gedungnya di sana," ungkap Budi.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana mereka mengatur dengan segala keterbatasan jumlah tenaga dokter, bisa mengatur ruang isolasi untuk menampung lonjakan dan pasien yang masuk, itu saya apresiasi," pungkas Budi.
Sejumlah pekerja dan lansia menunggu observasi seusai vaksinasi COVID-19 bagi Industri Keuangan Non Bank (IKNB) di Jakarta, Selasa (27/4). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO

Latar Belakang Skor E

Soal skor E itu disampaikan Wamenkes Dante Saksono dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR, Kamis (27/5). Ia melampirkan tabel terkait skor provinsi dengan 2 indikator.
"Berdasarkan rekomendasi tersebut maka kami perlihatkan bahwa masih banyak daerah yang masih dalam kondisi terkendali. Kecuali DKI, ini kapasitasnya E. Karena di DKI BOR-nya sudah mulai meningkat dan kasus tracingnya tidak terlalu baik," jelas Dante.
Tabel yang ditampilkan Wamenkes berjudul "Penilaian Kualitas Pengendalian Pandemi dan Penguatan Kapasitas Respon".
Penilaian kualitas pandemi COVID-19 per Provinsi di Indonesia. Foto: Youtube/DPR Komisi IX