Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin buka suara terkait kasus penyakit menular antraks yang saat ini mewabah di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Budi menyebut, untuk mencegah penularan penyakit menular antraks, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian.
"Karena ini hewan ini kan di luar tupoksinya kita, hewan-hewan itu perlu, sama seperti penyakit menular, perlu divaksinasi. Kita akan meeting saya nanti dengan Kementerian Pertanian agar hewan itu bisa divaksinasi," kata Budi kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (11/7).
Selain itu, Budi mengatakan hewan yang sudah mati perlu diperiksa lebih lanjut. Jika hewan itu terkena penyakit antraks, maka harus dibakar tidak boleh dimakan.
"Yang kedua, hewan yang kemudian meninggal atau mati, hewan yang mati itu perlu diperiksa, apakah dia ada bakteri antraksnya atau enggak? Kalau ini ada harus dibakar, tidak boleh dimakan," ungkapnya.
Lebih jauh, Budi menjelaskan, bagi seseorang yang terjangkit penyakit menular antraks akan diberikan antibiotik khusus.
ADVERTISEMENT
"Untuk orang kalau sudah terkena itu [antraks] bisa dikasih antibiotik tertentu agar supaya membunuh bakteri-bakteri," tandas dia.
Penularan antraks ini ditengarai karena warga menyembelih dan mengkonsumsi sapi yang telah mati.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawa Wulandari mengatakan, ada beberapa sapi mati yang disembelih dan dikonsumsi. Bahkan ada sapi yang telah dikubur, kemudian digali dan dikonsumsi warga.
"Sapi sakit mati, kemudian suruh kubur melalui SOP sudah kita kuburkan tapi sama masyarakat ada yang 1 (sapi) digali lagi dikonsumsi," kata Wibawa.