Menkes soal Dokter Asing di RI: Bukan untuk Saingan dengan Dokter Lokal

3 Juli 2024 18:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (16/5/2024). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan alasan diperlukannya dokter asing untuk di Indonesia saat ini. Dia memastikan hal ini bukan untuk menyaingi keberadaan dokter lokal.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya ini dokter asing dan dokter lokal bukan didiskusikan untuk bersaingan, enggak," jelas Budi kepada wartawan saat dijumpai di Gedung Nusantara 1 DPR RI, Senayan, Rabu (3/7).
Dia menjelaskan Indonesia saat ini kekurangan tenaga dokter. Alhasil jumlah korban meninggal dari penyakit yang membutuhkan tenaga spesialis bisa hampir setengah juta per tahun.
"Bukan masalah saing-saingan ini masalah menyelamatkan nyawa 300 ribu orang Indonesia yang kena stroke, 250 ribu yang kena serangan jantung, 6.000 bayi yang kemungkinan besar meninggal tiap tahun," jelas Budi.
Terkait dokter spesialis yang akan diisi tenaga asing, Budi menyebutkan Indonesia perlu ribuan untuk jumlahnya. Hal ini erat kaitannya untuk menyeimbangi alat-alat spesialis yang akan berdatangan mulai tahun ini hingga 2027 mendatang.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini, nih, alat sudah datang. Pada tahun depan akan ada alat lagi 100, tahun depannya akan ada alat lagi 100, dokternya kan gak kerja. Oleh karena itu kita perlu mengadakan ini dengan cepat, kenapa menyelamatkan nyawa, kalau misalnya nanti kosong kita isi dulu dari luar, kan dokter asing mana ada sih yang stay sampai meninggal di Indonesia. Enggak ada, paling masuknya 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, balik lagi mendidik dokter-dokter kita," jelas Budi.