Menkes soal Omicron Siluman Tak Pengaruhi Kenaikan Kasus: Kekebalan Masih Tinggi

22 Maret 2022 19:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin (kedua dari kiri) tinjau kesiapan molnupiravir untuk obat COVID. Foto: Dok. Kemenkes
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin (kedua dari kiri) tinjau kesiapan molnupiravir untuk obat COVID. Foto: Dok. Kemenkes
ADVERTISEMENT
Di tengah kenaikan kasus corona Omicron Siluman secara global, Indonesia sejauh ini tak terlau berdampak. Kasus masih konsisten turun.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kasus COVID di Eropa lainnya seperti Inggris, Prancis, Swiss, Italia, dan Belanda diyakini oleh para ahli disebabkan oleh subvarian Omicron BA.2 atau Omicron Siluman.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan penyebab dari varian Omicron Siluman karena terburu-burunya negara-negara di Eropa dalam mengendurkan protokol kesehatan.
“Itu naik secara global karena negara-negara itu kena sub varian baru namanya BA.2 sehingga naik terutama di negara Eropa kalo mereka terburu-buru mengendurkan prokes,” ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin usai Rapat Kerja DPR, Selasa (22/3).
Menkes kemudian menjelaskan bahwa di Indonesia telah terdeteksi varian Omicron Siluman sejak awal Januari namun tidak ada kenaikan kasus.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa di Indonesia seperti di India, vaksinasi digerakkan di bulan September sehingga sistem kekebalan masyarakat masih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Itu sama seperti India. Kenapa? Karena vaksinasi kita digenjotnya tuh baru bulan September, jadi kekebalannya masih tinggi,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa hanya 2 antisipasi yang perlu dilakukan, pemakaian masker dan percepatan vaksinasi.
“Cuma dua aja. satu masker dipakai, itu yang paling sangat membantu. Yang kedua, percepat vaksinasi terutama lansia,” tutupnya.
Reporter: Rachel Koinonia