Menkes soal Pemberian Setengah Dosis untuk Booster: KIPI Lebih Ringan

11 Januari 2022 18:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Foto: YouTube/ Direktorat Kesehatan Lingkungan Kemenkes
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Foto: YouTube/ Direktorat Kesehatan Lingkungan Kemenkes
ADVERTISEMENT
Indonesia akan mulai vaksinasi dosis ketiga alias booster bagi warga pada 12 Januari 2022. Pemberian booster akan diprioritaskan bagi kelompok lansia, kelompok rentan dan immuno compromise.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjabarkan jumlah dosis yang diberikan dalam booster ini hanya setengah. Artinya setiap orang hanya disuntik satu kali tidak seperti pada vaksinasi sebelumnya.
Menurut dia pemberian setengah dosis tersebut telah berdasarkan hasil penelitian.
"Hasil penelitian dalam dan luar negeri juga termasuk yang dilakukan oleh tim peneliti dari Indonesia menunjukkan bahwa vaksin booster setengah dosis menunjukkan peningkatan level antibodi yang relatif sama atau lebih baik dari vaksin booster dosis penuh dan memberikan dampak KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) yang lebih ringan," kata Budi saat konferensi pers, Selasa (11/1).
Selain itu, Budi juga mengatakan vaksin yang diberikan akan berbeda dengan yang diterima saat vaksinasi awal. Kombinasi itu demi meningkatkan kekebalan.
ADVERTISEMENT
"Kombinasi vaksinasi booster yang akan diberikan mulai tanggal 12 yang nantinya mungkin akan bisa bertambah jenis kombinasinya tapi yang akan dimulai di tanggal 12 besok sesuai dengan pertimbangan tadi kesiapan dari vaksin yang ada dan juga hasil riset dari peneliti Peneliti dalam negeri dan luar negeri yang sudah dikonfirmasi oleh Badan POM dan ITAGI," kata Budi.
Adapun kombinasi vaksin untuk booster sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Menurut Budi, kombinasi itu bisa saja berubah di kemudian hari.
"Sekali lagi kami sampaikan ini adalah kombinasi awal dari rezim vaksin booster yang kita akan berikan berdasarkan ketersediaan vaksin yang ada dan juga hasil riset yang sudah di setujui oleh Badan POM dan ITAGI yang nantinya bisa berkembang tergantung terhadap hasil riset baru yang masuk dan juga ketersediaan vaksin yang ada," kata Budi.