Menkes soal Vaksin Mpox: Ada Gratis tapi Tidak untuk Semua

4 September 2024 19:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cacar monyet. Foto: Dado Ruvic / REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cacar monyet. Foto: Dado Ruvic / REUTERS
ADVERTISEMENT
Dalam upaya menekan penyebaran penyakit cacar monyet atau Monkeypox (mpox), pemerintah telah mendatangkan vaksin dari luar negeri. Vaksin tersebut nantinya bisa diperoleh secara gratis, tapi tidak untuk semua.
ADVERTISEMENT
“Vaksin sudah ada dan kita datangkan, tetapi sekali lagi, ini bukan untuk semua,” kata Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, usai konferensi pers pemilihan Rektor ITB, di Kampus ITB Jalan Ganesha, Bandung, pada Rabu (4/9).
“Vaksin ini diberikan gratis khusus bagi mereka yang berisiko tinggi (terpapar),” kata Budi.
Dalam kesempatan itu, Budi tidak mengatakan kriteria orang yang berisiko tinggi terpapar Mpox. Namun dalam hal menyasar kelompok tertentu, dia mengatakan Mpox punya kemiripan dengan HIV.
“Ini lebih menular pada kelompok-kelompok tertentu. Tapi untuk penularan melalui droplet sangat jarang terjadi," jelasnya.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa sejak 2022, ada 88 kasus Mpox di Indonesia, dan 14 kasus terjadi sepanjang 2024. Meski mengaku semua kasus dapat tertangani, dia mengatakan pihaknya akan tetap siaga untuk mengantisipasi peningkatan kasus baru.
ADVERTISEMENT
"Meskipun seluruh pasien sembuh 100%, pemerintah tetap siaga menghadapi potensi peningkatan kasus," ungkapnya.
Menkes Budi Gunadi Sadikin usai raker bersama DPR RI, Senin (8/7/2024). Foto: Haya Syahira/kumparan

Mpox di Indonesia Beda Jenis dengan di Afrika

Budi mengatakan bahwa Mpox di Indonesia berbeda jenis dengan yang ada di Afrika sana. Menurutnya, Mpox di Afrika lebih berbahaya lantaran punya fatality rate yang jauh lebih tinggi ketimbang di Indonesia.
"Mpox yang ada di Indonesia itu varian 2b atau Clade 2b, yang di Afrika itu varian 1b ya, itu fatality rate-nya tinggi mendekati 10 persen. Kalau kita masih 0,1 persen," paparnya.
Pemerintah sendiri, menurut Budi, telah meningkatkan surveilans dan pengujian di seluruh Indonesia untuk menekan risiko penyebaran. Di antaranya, dengan menggunakan tes PCR yang hasilnya dapat diketahui dalam 30 menit.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan tes ini telah diterapkan di sejumlah wilayah, seperti Bali dan Jakarta. Terutama terhadap para wisatawan dari negara-negara Afrika yang berisiko tinggi membawa virus Mpox.
Oleh karena itu, dia pun mengimbau masyarakat agar tidak kelewat khawatir, tapi tetap perlu waspada.
“Yang paling penting adalah menjaga perilaku sehat. Penyakit ini lebih berisiko pada segmen khusus, jadi masyarakat umum tidak perlu terlalu khawatir,” tuturnya.