Menkes: Tak Ada Gunanya Swab Tinggi Kalau yang Dites Kayak Saya, Seminggu 5 Kali

22 Januari 2021 19:16 WIB
comment
18
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes RI Budi Gunadi saat konferensi pers di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (31/12). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menkes RI Budi Gunadi saat konferensi pers di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (31/12). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin menyoroti persoalan tes corona di Indonesia. Ada sesuatu yang tidak beres dan harus segera dibenahi.
ADVERTISEMENT
"Testing dan isolasi itu tambah bocornya, kita testingnya salah. Tesnya banyak tapi kok (kasus) naik terus. Habis yang dites orang kayak saya. Setiap mau ketemu Presiden harus tes. Ini barusan diswab. Seminggu bisa 5 kali swab karena harus ke Istana. Emangnya bener gitu?" kata Budi dalam Dialog Warga 'Vaksin & Kita' Komite Pemulihan Ekonomi & Transformasi Jabar yang dilihat kumparan di Youtube PRMN SuCi, Jumat (22/1).
Setelah berdiskusi dengan para epidemiolog, Budi semakin yakin bahwa metode tes corona itu salah. Seharusnya, yang dikejar untuk dites adalah suspek corona.
"Testing kan enggak gitu harusnya. Testing itu kan epidemiologi aku diajarin temen-temenku, bukan testing mandiri. Yang dites itu yang suspek. Bukan orang yang mau pergi dites kayak Budi Sadikin mau ngadep Presiden," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Nanti 5 kali terpenuhi tuh standar WHO 1 per 1.000 penduduk per minggu, tapi enggak ada gunanya secara epidemiologi. Masalah gitu-gitu yang harus diberesin," imbuh dia.
Tes corona di Indonesia kini memang sudah ada di atas standar WHO. Pekan lalu mencapai 107,6 persen dari batas bawah.
Namun positivity rate masih tinggi, yang seharusnya tes naik angka ini turun. Masih di kisaran angka 25-27 persen. Padahal batas amannya di bawah 5 persen.
"Saya di sini enggak bisa lakukan ini sendiri, harus bisa bersama-sama. Saya bilang ke temen-temen kesehatan, jangan eksklusiflah. Dan enggak bisa pemerintah hanya bikin program tapi harus jadi gerakan yang didukung semua komponen bangsa," tegas Budi.