Menkes Ungkap Maraknya Bullying di PPDS karena yang Mengajar Senior

29 April 2025 12:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin raker dengan Komisi IX DPR, Selasa (21/5/2024). Foto: YouTube Komisi IX DPR
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin raker dengan Komisi IX DPR, Selasa (21/5/2024). Foto: YouTube Komisi IX DPR
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan maraknya kasus perundungan atau bullying pada program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Ia menjelaskan, bullying kerap terjadi karena yang mengajar residen adalah seniornya, bukan guru atau dosen langsung.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Budi sedang menjelaskan terkait program PPDS berbasis rumah sakit (hospital based). Ia menjelaskan, melalui sistem itu bisa dipantau perkembangan belajar dokter spesialis serta diketahui alasan dokter itu lulus atau tidak.
“Dulu, lulus enggak lulus, susah kalau dokter spesialis, enggak lulus kenapa? Saya enggak suka, nanti enggak, kita lihat, melakukan operasi usus buntu, bener enggak operasinya, berhasil atau enggak, kalau dia dari 10 berhasil 10, kalau dia enggak lulus itu akan kelihatan karena semuanya by sistem,” kata Budi saat hadiri rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/4).
Budi mengatakan, dengan sistem tersebut, pembelajaran dokter spesialis akan transparan dan tidak bisa diintimidasi oleh senior.
“Jadi enggak bisa like/dislike dari senior,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Budi lantas menyebut maraknya kasus bullying itu lantaran yang mengajar itu adalah senior dari peserta PPDS itu sendiri. Budi menjelaskan, guru atu dosen yang harusnya mengajar dokter spesialis itu kerap disibukkan dengan jadwal praktik.
“Kenapa bullying terjadi, karena senior yang menentukan, yang ngajar sekarang di PPDS sekarang bukan gurunya, gurunya sibuk,” ungkapnya.
“Gurunya enggak bisa ngajar akhirnya dikasih ke senior jadi yang ngajar di kita itu senior yang bukan gurunya, yang ngajar senior ya bullying itu, karena gurunya enggak bisa ngawasin,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan, pihaknya sudah membuat sistem baru. Kata dia, saat ini jika dokter PPDS yang mau lulus akan ada semacam survei untuk mengetahui perilakunya selama pembelajaran.
ADVERTISEMENT
“Kalau seniornya mau lulus itu ada feedback dari bawahannya dari juniornya dan ini dibikin anonymous,” tuturnya.
“Sekarang dengan demikian sekarang ada kontrol semua metode-metode ini merupakan standar yang dilakukan di luar negeri sistemnya ada yang kita tiru,” tutup dia.