Menko PMK soal Civitas Academica Kritik Jokowi: Bentuk Kebebasan Mimbar Akademik

7 Februari 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko PMK Muhadjir Effendy di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (5/12). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menko PMK Muhadjir Effendy di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (5/12). Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
ADVERTISEMENT
Menko PMK Muhadjir Effendy mengomentari gerakan civitas academica perguruan tinggi yang mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi. Isi kritik mereka hampir sama semuanya: Indonesia sudah darurat demokrasi dan meminta Jokowi menjadi teladan etika.
ADVERTISEMENT
Menurut Muhadjir, apa yang disampaikan civitas academica merupakan bentuk kebebasan mimbar akademik.
"Kalau kemudian kampus itu keluar, menyampaikan kritikan, saran, mengumumkan hasil temuan-temuannya termasuk apresiasi terhadap pihak tertentu itu namanya kebebasan mimbar akademik. Kebebasan mimbar akademik utamanya ditujukan guru besar sesuai bidang keilmuannya untuk menyampaikan ke publik," kata Muhadjir dalam media briefing di Kemenko PMK, Jakarta, Rabu (7/2).
Muhadjir menegaskan, apa yang disampaikan civitas academica harus dihormati dan dihargai.
"Saya juga bagian dari mereka. Saya, kan, pernah jadi rektor cukup lama 16 tahun. Insyaallah di antara menteri-menteri ini saya yang paling paham karena saya jadi rektor 16 tahun. Jadi itu hal yang biasa," tuturnya.
Muhadjir juga mengomentari ada perguruan tinggi yang diminta untuk memberikan pernyataan mengapresiasi kinerja Jokowi. Menurutnya, itu adalah bagian dari komunikasi.
ADVERTISEMENT
"Kampus diajak berkomunikasi, berkoordinasi bagaimana supaya menjaga lingkungan di tempat itu kondusif, aman, tidak ada gejolak itu saja biasanya. Jadi tidak sampai harus mengarah mengarahkan itu saya kira itu tidak benar itu. Dan kampus saya kira tidak mudah diarahkan itu," ungkapnya.
Muhadjir kembali menegaskan apa yang disampaikan civitas academica merupakan bagian dari kebebasan mimbar akademik. Jika ada yang mengkritik, maka yang mengapresiasi pemerintah jangan disalahkan.
"Jadi jangan hanya boleh kalau mengkritik tapi kalau memberi apresiasi salah itu enggak betul gitu. Itu sama aja jadi bagian dari namanya kebebasan mimbar akademik itu," tuturnya.
"Maka marilah kita gunakan kita jaga marwah kampus ketika dia berekspresi atas nama kebebasan mimbar akademik itu tidak memiliki tendensi-tendensi tertentu yang negatif, termasuk sebagai tempat untuk berprovokasi tapi juga silakan saja kalau mau mengkritik. Tetapi juga jangan menyalahkan kalau ada yang kemudian memberi apresiasi, ya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT