Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menlu India Bahas Pembantaian Wisatawan di Kashmir dengan Menlu AS
1 Mei 2025 14:44 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menlu India Subrahmanyam Jaishankar berbicara dengan Menlu AS Marco Rubio membahas pembantaian wisatawan India dan Nepal di Kashmir. Dalam perbincangan itu, Jaishankar mengatakan kepada Rubio bahwa pelaku pembantaian harus diadili.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Kamis (1/5), Kemlu AS mengatakan Rubio mendiskusikan hubungan yang tegang antara India dan Pakistan dalam panggilan telepon terpisah. Rubio mendesak kedua negara bekerja satu sama lain untuk meredakan ketegangan.
Rubio mendukung India memerangi ekstremisme dan mendesak Pakistan bekerja sama dalam menyelidiki pembantaian yang membunuh 26 wisatawan.
"Saya memberi tahu Menlu AS bahwa pelaku, pendukung, dan perencana serangan 22 April harus diadili," kata Jaishankar dalam unggahannya di X.
Sementara Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mendesak AS untuk menekan India mengurangi retorika dan bertindak secara bertanggung jawab.
Wisatawan di Pahalgam, Kashmir, ditembak dalam jarak dekat. India telah mengidentifikasi 3 pelaku, termasuk 2 warga negara Pakistan, sebagai teroris yang melancarkan pemberontakan berdarah di Kashmir yang mayoritas Islam. Islamabad membantah terlibat dan meminta penyelidikan yang netral.
ADVERTISEMENT
Kashmir yang mayoritas Islam diklaim sepenuhnya baik oleh India yang mayoritas Hindu dan Pakistan yang mayoritas Islam. Meski masing-masing negara hanya bisa mengontrol sebagian wilayah Himalaya.
India dan Pakistan telah berperang 2 kali merebutkan Kashmir. India juga menuduh Pakistan mendukung dan membiayai pemberontakan antipemerintah di Kashmir pada 1989 lalu.
Pakistan mengatakan hanya menawarkan dukungan diplomatik dan dukungan moral terhadap tuntutan Kashmir yang ingin menentukan nasibnya sendiri.
Sejak pembantaian di Pahalgam, kedua negara saling balas kebijakan politik. Mulai dari menunda perjanjian pembagian air hingga menutup wilayah udara masing-masing.
Pasukan kedua negara juga hampir setiap hari kontak senjata. Namun, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
PBB pun meminta kedua negara menghindari konfrontasi. China sebagai pemain utama di kawasan juga mendesak kedua negara untuk menahan diri.
ADVERTISEMENT