Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8

ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, menyerukan kerja sama yang lebih erat dengan Negeri Tirai Bambu.
ADVERTISEMENT
Pesan ini ia sampaikan saat bertemu dengan Menlu China, Wang Yi, di Beijing, Kamis (27/3).
Barrot menyinggung krisis geopolitik yang dinamis, termasuk perang di Ukraina, ketegangan Timur Tengah, serta perselisihan perdagangan antara China dan Uni Eropa.
“Dunia sedang berubah dengan cepat. Eropa pun beradaptasi dengan memperkuat pertahanan, keamanan energi, dan investasi teknologi,” ujarnya, mengutip AFP.
Wang Yi, menanggapi pernyataan Barrot, menyampaikan pentingnya komitmen bersama terhadap multilateralisme dan menolak pendekatan unilateral dalam hubungan internasional.
Sebelum pertemuan itu, Barrot sempat mengunjungi Universitas Bahasa dan Budaya Beijing. Di sana ia memuji manfaat belajar bahasa Prancis dan hubungan yang kuat antara kedua negara.
“Lebih dari sebelumnya, konteks saat ini membutuhkan kemitraan Prancis-China yang kuat dalam rangka stabilitas geopolitik, kemakmuran, dan masa depan planet kita,” katanya kepada para mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Fokus Diplomasi dan Ekonomi
Selain isu geopolitik, pertemuan kedua Menlu tersebut membahas hubungan ekonomi, termasuk kerja sama di sektor pertanian, energi nuklir, kedirgantaraan, kecerdasan buatan, hingga hidrogen hijau.
Wang menyampaikan kesiapan negaranya untuk mendorong lebih banyak investasi perusahaan China ke Prancis.
Namun, ketegangan dagang tetap menjadi perhatian.
Prancis mendesak solusi atas sengketa perdagangan, terutama terkait tarif China terhadap brendi Eropa, yang berdampak pada ekspor cognac Prancis.
“Kami ingin solusi cepat agar energi bisa difokuskan pada kerja sama dan investasi di masa depan,” ujar Barrot.
Tekanan terhadap Rusia dan Peran China
Dalam pertemuan ini, Barrot juga mendorong China untuk menggunakan pengaruhnya terhadap Rusia agar bersedia berunding dengan proposal yang serius terkait perang Ukraina.
Meskipun mengeklaim netral, China tetap menjadi mitra utama Moskow, yang menimbulkan kekhawatiran di Eropa.
ADVERTISEMENT
“Agresi Rusia bukan ancaman teoritis. Dampaknya meluas jauh melampaui Ukraina,” kata Barrot saat singgah di Singapura sebelum tiba di Beijing.
Masa Depan Hubungan Prancis-China
Kunjungan Barrot ke China merupakan agenda diplomasi lanjutannya di Asia, setelah menyambangi Indonesia dan Singapura.
China dan Prancis telah sepakat menggelar tiga dialog tingkat tinggi sepanjang tahun ini, mencakup isu strategis, ekonomi, dan budaya.
Selain agenda politik dan perdagangan, kedua negara juga menegaskan komitmen bersama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Prancis mendorong partisipasi China dalam inisiatif global, termasuk kerja sama maritim.
“Hubungan ini akan semakin produktif jika kepentingan bersama dalam perdagangan dan stabilitas global tetap menjadi prioritas,” kata Barrot, seperti diberitakan Reuters.