Menlu Retno di Milad Aisyiyah: Perlu 267 Tahun untuk Akhiri Kesenjangan Gender

19 Mei 2022 21:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi turut menghadiri Tasyakur Milad ke-105th Aisyiyah dan Halal Bihalal yang berlangsung di UNISA Yogyakarta pada Kamis (19/5/2022). Foto: PP Muhammadiyah
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi turut menghadiri Tasyakur Milad ke-105th Aisyiyah dan Halal Bihalal yang berlangsung di UNISA Yogyakarta pada Kamis (19/5/2022). Foto: PP Muhammadiyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menlu Retno Marsudi menghadiri Tasyakur Milad ke-105 th Aisyiyah dan halalbihalal di UNISA Yogyakarta pada Kamis (19/5). Retno menyampaikan permasalahan dihadapi dunia saat ini berdampak pada perempuan dan anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Kemiskinan dan kesetaraan gender menjadi aspek yang paling terdampak. Pada tahun 2020 saja, setidaknya terdapat 100 juta orang baru yang turun ke bawah garis kemiskinan, pemenuhan hak-hak perempuan juga mengalami kemunduran hingga satu generasi," kata Retno dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Kamis (19/5).
Dalam acara yang dihadiri 150 orang secara luring dan 1.000 peserta daring itu, Retno mengatakan, dari laporan WEF soal kesenjangan gender global untuk tahun 2021, menunjukkan data yang cukup mencengangkan.
"Perlu 135,6 tahun untuk menutup kesenjangan gender dunia. Di bidang politik perlu 145,5 tahun untuk mencapai kesetaraan gender, bahkan dalam partisipasi ekonomi diperlukan 267,6 tahun untuk mengakhiri kesenjangan gender," katanya.
"Di semua krisis yang terjadi, perempuan selalu menjadi kelompok yang paling rentan terdampak," bebernya.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi turut menghadiri Tasyakur Milad ke-105th Aisyiyah dan Halal Bihalal yang berlangsung di UNISA Yogyakarta pada Kamis (19/5/2022). Foto: PP Muhammadiyah
Kata Retno, bermacam permasalahan memang kerap menjadikan perempuan sebagai kelompok yang dirugikan. Akan tetapi, hal itu tidak serta merta menutup peran perempuan untuk bisa menunjukkan kontribusinya.
ADVERTISEMENT
Seperti sisi mata koin, disebutnya perempuan memiliki beberapa keunggulan. Perempuan dapat menjadi agen perubahan serta pembangunan.
Di indonesia saja 53,7 persen dari UMKM dimiliki perempuan. Selama ini, UMKM juga menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Di sektor lain, seperti bidang kesehatan 70 persen tenaganya merupakan kaum perempuan.
"Data-data tersebut semakin menguatkan peran penting perempuan sebagai agen perubahan dan pembangunan, perempuan juga dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi," katanya.
Retno juga mengapresiasi Aisyiyah yang telah banyak memajukan peran perempuan, termasuk juga meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia.
Tidak hanya bagi bangsa Indonesia, Aisyiyah dan Muhammadiyah juga telah berkontribusi bagi penanganan isu-isu global bekerja sama dengan kementerian luar negeri.
"Apresiasi atas komitmen Aisyiyah untuk terus memajukan peran perempuan, dalam sejarah perjalanan politik luar negeri kita banyak sekali kerja sama yang terjalin baik dengan Aisyiyah maupun Muhammadiyah dalam berbagai isu dan ini tentunya harapan saya kerja sama ini dapat terus kita perkuat," katanya.
ADVERTISEMENT
"Pendidikan tidak hanya memperbaiki kualitas individu melainkan juga kualitas masyarakat, inilah awal terciptanya suatu bangsa yang beradab. Ilmu pengetahuan dapat membuka cakrawala perempuan dalam berbagai bidang dan saya sangat mengapresiasi Aisyiyah yang sejak didirikan lebih dari satu abad yang lalu telah secara konsisten mendorong akses pendidikan formal dan non formal bagi masyarakat Indonesia," bebernya.
Ketua PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
Sementara Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, dalam pidatonya mengajak warga ‘Aisyiyah untuk merefleksikan setiap kerja-kerja dakwahnya.
Menurutnya, Aisyiyah saat ini menghadapi tantangan kompleks termasuk menghadapi dampak dari pandemi covid-19 dalam berbagai aspek kehidupan.
"Dakwah Aisyiyah semakin dituntut memperluas jangkauan pembinaan dakwahnya sesuai era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan zaman. Hal yang demikian memerlukan intensitas dan kualitas dakwah pencerahan ‘Aisyiyah agar masyarakat lebih mengedepankan keadaban mulia, kebaikan, kecerdasan, keilmuan, dan keutamaan sebagai bentuk peradaban utama," katanya.
ADVERTISEMENT
Dakwah-dakwah Aisyiyah juga harus diperluas ke komunitas. Masyarakat Indonesia yang beragam memerlukan ta’awun atau kebersamaan untuk saling membantu, saling menolong, saling mengingatkan, dan bekerja sama dalam perbedaan untuk meraih kemajuan hidup bersama.
"Karenanya melalui kerja-kerja dakwah, ‘Aisyiyah harus menjadi kekuatan perekat sosial yang membawa misi Islam rahmatan lil-‘alamin," katanya
"Aisyiyah hadir dengan dakwah yang melintas-batas, artinya menyebarluaskan dakwah untuk membangun peradaban di tengah keragaman sosial masyarakat yang membawa pada kehidupan yang lebih baik, kedamaian, kebaikan, toleransi, kebersamaan, keunggulan, dan nilai-nilai luhur kehidupan," tutup dia.