Menlu Retno: Indonesia Khawatir Lihat Situasi di Timur Tengah

16 April 2024 12:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menlu Retno Marsudi usai ratas membahas situasi terkini Iran-Israel, Selasa (16/4/2024) Foto: Nadia Riso/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menlu Retno Marsudi usai ratas membahas situasi terkini Iran-Israel, Selasa (16/4/2024) Foto: Nadia Riso/kumparan
ADVERTISEMENT
Menlu Retno Marsudi mengatakan, Indonesia terus memantau perkembangan situasi di Timur Tengah, khususnya pascaserangan Iran ke Israel. Retno mengungkapkan, Indonesia khawatir dengan situasi yang berkembang di sana.
ADVERTISEMENT
Situasi Timur Tengah memburuk akibat konflik Israel vs Iran serta perang Gaza yang belum usai. Bahkan pada akhir pekan lalu Iran menyerang Israel dengan drone dan rudal.
Di Gaza jumlah korban jiwa akibat serangan Israel terus bertambah dan sudah menyentuh angka lebih dari 33 ribu.
"Pertama, kita khawatir melihat perkembangan situasi di Timur Tengah dan kita yakin bahwa eskalasi tidak akan membawa manfaat bagi siapa pun," kata Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4).
Ia menegaskan, upaya diplomatik harus dilakukan Indonesia dan semua pihak bertikai di Timur Tengah. Retno telah bertukar pesan maupun berkomunikasi lewat telepon dengan Menlu Iran, Arab Saudi, Yordania, Mesir, UEA, Uni Eropa, dan Wamenlu AS terkait situasi di Iran-Israel.
ADVERTISEMENT
"Dua hal yang kita sampaikan dalam semua komunikasi. Dengan pihak-pihak terkait langsung yang kita minta adalah self restrain, menahan diri dan de-eskalasi. Pentingnya dilakukan de-eskalasi," ungkapnya.
Retno juga mendorong agar semua pihak menggunakan pengaruhnya untuk mencegah eskalasi konflik tidak terjadi.
"Jadi komunikasi antara para menlu terus dilakukan sekali lagi agar pihak-pihak terkait menahan diri dan tidak terjadi eskalasi," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Jokowi menegaskan agar upaya diplomatik terus dilakukan supaya pihak-pihak terkait dapat menahan diri dan menghindari eskalasi.
"Karena eskalasi tidak akan membawa manfaat bagi siapa pun. Jadi sekarang masing-masing pihak, teman-teman sudah mulai menghitung jika terjadi eskalasi maka dampaknya seperti apa terhadap masing-masing negara. Baik harga minyak, harga kebutuhan yang lain, maupun nilai tukar dolar, dan sebagainya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT