Menlu Retno: Indonesia Terima Penjelasan Australia soal Kapal Selam Nuklir

22 September 2021 12:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Press Briefing Menlu RI dari New York, AS, 22 September 2021. Foto:  YouTube/MoFA Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Press Briefing Menlu RI dari New York, AS, 22 September 2021. Foto: YouTube/MoFA Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menlu Retno saat ini tengah menghadiri Sidang Umum PBB ke-76 di New York, Amerika Serikat. Di sela-sela sidang umum, Menlu RI turut menghadiri pertemuan Asia Society secara virtual pada Selasa (21/9) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Menlu Retno diundang untuk berbicara di depan Asia Society. Dalam paparannya, ia menyinggung soal pengadaan kapal selam bertenaga nuklir oleh Australia.
“Dalam kaitan ini, saya singgung mengenai AUKUS dan keputusan Australia bagi pengadaan kapal selam bertenaga nuklir,” ujar Menlu Retno dalam keterangannya.
Menlu Retno menyatakan Indonesia telah menerima penjelasan Australia mengenai pengembangan kapal selam nuklir di bawah kemitraan keamanan AUKUS (Australia, Inggris, dan Amerika Serikat).
“Saya sampaikan kita menerima penjelasan Australia, kita mendengarkan komitmen-komitmen yang diberikan Australia termasuk untuk terus menghormati NPT (traktat nonproliferasi), prinsip-prinsip nonproliferasi, dan hukum internasional,” tegas dia.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Selasa (23/3). Foto: AAP Image/Mick Tsikas
NPT adalah perjanjian internasional yang bertujuan untuk mencegah perluasan senjata nuklir di dunia dan mempromosikan penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Australia telah beberapa kali meyakinkan--baik kepada Indonesia maupun ASEAN--kapal selam bertenaga nuklir mereka tak akan membawa senjata nuklir.
Duta Besar Australia untuk ASEAN, Will Nankervis, menjelaskan kapabilitas armada kapal selam Australia sangatlah penting, mengingat mereka merupakan negara yang sangat bergantung pada perdagangan internasional lintas laut. Itulah mengapa Australia akan mengembangkan setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir, dengan teknologi dari Amerika Serikat dan Inggris.
Selain itu, Perdana Menteri Scott Morrison juga telah menghubungi Presiden Joko Widodo soal pengadaan kapal ini.
Morrison menegaskan kepada Jokowi, Australia akan terus mempertahankan seluruh kewajiban mereka di bawah NPT.
Ilustrasi kapal selam. Foto: csp.navy.mil
Dalam paparan Menlu Retno di Asia Society ini, ia mengungkapkan kekhawatiran Indonesia atas meningkatnya ketegangan antara negara-negara besar. Termasuk adanya potensi terjadi Perang Dingin, mengutip Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa Menlu Retno menyinggung soal pembentukan AUKUS oleh tiga negara besar dunia: AS, Inggris, dan Australia.
AUKUS ini disebut sebagai upaya menangkal pengaruh besar China di kawasan Indo-Pasifik-kawasan yang mencakup Samudra Hindia hingga Samudra Pasifik (pantai barat AS).
Pengadaan kapal selam berteknologi nuklir milik Australia dianggap sebagai proyeksi kekuatan dan memicu perlombaan senjata di kawasan Indo-Pasifik.
“Di dalam Asia Society tadi saya menekankan bahwa yang tidak diinginkan oleh kita semua adalah kemungkinan meningkatnya perlombaan senjata dan power projection di kawasan, yang tentunya akan dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan,” pungkas Menlu Retno.