Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menlu Retno: Proses Evakuasi WNI dari Afghanistan Tak Mudah
21 Agustus 2021 7:13 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Butuh empat hari sejak Pesawat TNI AU terbang ke Afghanistan untuk bisa kembali ke Indonesia dengan membawa 26 WNI dan 7 WNA. Empat hari itu merupakan proses evakuasi yang tak mudah, di tengah kondisi Kota Kabul, Afghanistan, yang dikuasai oleh Taliban.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Dia mengatakan, sejak tim evakuasi diberangkatkan ke Kabul pada 18 Agustus, sejumlah dinamika terjadi di lapangan.
"Proses ini benar-benar, sebuah proses yang tidak mudah dan memerlukan koordinasi yang kuat," kata Retno dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma yang disiarkan secara daring, Sabtu (21/8).
Sejak sebelum keberangkatan, dinamika penjemputan sudah terjadi. Retno mengatakan, semula evakuasi akan dilakukan dengan pesawat sipil. Tetapi karena kondisi di lapangan berubah, maka diputuskan penggunaan pesawat militer. Dia tak menjelaskan perubahan kondisi yang dimaksud.
Adapun rute evakuasi yang dipilih adalah Jakarta-Aceh-Colombo-Karachi-Islamabad-Kabul.
Selain kondisi di lapangan yang terus dipantau, Retno juga mengaku harus mengkondisikan sejumlah hal dari Jakarta secara paralel. Upaya tersebut untuk memastikan Indonesia memiliki izin lintas udara ke Kabul dengan pesawat militer.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah izin lintas udara semuanya dapat diperoleh dan pesawat mendarat di Islamabad pada 18 Agustus pukul 20.27 waktu setempat," kata dia.
Retno mengatakan, tim evakuasi memilih untuk bermalam di Islamabad, Pakistan. Keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan penerbangan Islamabad-Kabul yang pendek yaitu sekitar 1 jam dan pesawat dapat bergerak cepat jika kesempatan landing diberikan sewaktu-waktu.
Tadinya pesawat Indonesia mendapatkan slot untuk dapat landing di Bandara Kabul pada 19 Agustus. Akan tetapi kendala datang. Izin menderat ditarik karena kondisi di lapangan yang tidak kondusif. Retno tak menjelaskan secara detail bagaimana kondisi tak kondusif yang ia maksud.
Alhasil, upaya ekstra dilakukan. Demi izin landing, ia berkomunikasi dengan Menlu Turki, Menlu Norwegia, pihak Belanda, Amerika Serikat dan NATO. Sebab, situasi seperti itu, kata dia, artinya Indonesia harus mengurus izin baru.
ADVERTISEMENT
"Koordinasi terus kita lakukan baik secara internal maupun eksternal," kata Retno.
Akhirnya pada keesokan harinya atau 20 Agustus 2021, informasi izin landing yang baru telah diperoleh. Pesawat TNI AU diperbolehkan mendarat di Bandara Kabul.
Tetapi kendala belum usai. Mulanya pesawat direncanakan hanya akan berada di bandara tersebut 30 menit saja. Tetapi harus molor hingga dua jam. Hal tersebut dikarenakan adanya dinamika yang terjadi.
"Kembali terjadi dinamika, sehingga pesawat berada di Bandara Kabul selama kurang lebih 2 jam," kata Retno, tetapi tak menjelaskan dinamika itu.
Setelah mengisi bahan bakar dan menunggu hingga 2 jam, akhirnya pesawat pun bisa lepas landas menuju Islamabad, lalu mengikuti rute keberangkatan hingga akhirnya tiba di Jakarta pada Sabtu (21/8) pukul 03.05 WIB.
ADVERTISEMENT
26 WNI dan 7 WNA tiba dalam kondisi selamat. Mereka kini tengah menjalani karantina sebagaimana protokol kesehatan COVID-19.
Cerita tak mudahnya proses evakuasi ini pun diamini oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Ia mengatakan, dinamika di lapangan menyulitkan proses evakuasi tersebut.
"Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih atas dukungan doa atas seluruh masyarakat Indonesia atas keberhasilan misi evakuasi WNI di Kabul yang tidak ringan karena banyak masalah di lapangan yang kita hadapi, banyak dinamika yang kita hadapi namun semua bisa dilaksanakan dengan baik berkat kerja sama antara kementerian lembaga sehingga operasi ini berjalan aman dan lancar," kata Hadi di kesempatan yang sama.
Diketahui, saat ini Kabul dalam penguasaan Taliban. Sejumlah negara tengah berupaya mengevakuasi warganya dari sana.
ADVERTISEMENT
Tak hanya warga asing, warga lokal yang tak mau tunduk dari Taliban juga memilih kabur. Mayoritas warga yang melarikan diri takut atas kekejaman Taliban seperti saat mereka memerintah di Afghanistan pada 1996 sampai 2001 lalu.
Akibat banyaknya warga yang ingin kabur dari Afghanistan sebanyak 12 orang dilaporkan tewas. Mereka diduga kehilangan nyawa akibat terinjak-injak atau ditembak pasukan Amerika Serikat yang berjaga di bandara.
Bahkan, Presiden Amerika Joe Biden menyatakan evakuasi dari Bandara Kabul ini menjadi salah satu yang terbesar dan tersulit sepanjang sejarah.
"Ini adalah salah satu transportasi udara terbesar dan tersulit dalam sejarah," kata Biden dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, dikutip dari AFP, Sabtu (21/8).
Sejauh ini pasukan AS telah menerbangkan 13 ribu orang keluar dari Afghanistan sejak 14 Agustus. Sementara, terhitung lebih dari 18 ribu orang sejak Juli 2021.
ADVERTISEMENT