Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Kalau dalam bahasa kita, Lebanon is another Gaza. Dan ini termasuk pernyataan saya di Sidang Majelis Umum PBB kemarin,” ungkap Retno, menyoroti betapa seriusnya situasi di Lebanon.
Retno menegaskan pentingnya agar kondisi seperti ini tidak menjadi “kenormalan baru.”
“Jadi, ada negara yang dia mau melakukan apa pun, boleh. Melewati batas-batas teritori, melewati asas-asas kemanusiaan, melewati apa yang ada di UN Charter. Jangan sampai itu terjadi,” kritiknya terhadap sikap Israel.
"Karena kalau itu terjadi, ada kata-kata the mighty takes all. Orang yang kuat, dia akan dapat semuanya. Come on," tambah Retno.
Dalam Sidang Majelis Umum PBB pada 28 September lalu, Retno dengan konsisten membela kemerdekaan Palestina dan mendukung solusi dua negara sebagai jalan terbaik untuk menyudahi konflik Israel-Palestina. Ia menyampaikan bahwa Indonesia selalu berdiri bersama Palestina.
ADVERTISEMENT
“Saat saya bicara, lebih dari 41 ribu orang tewas di Gaza, sementara situasi di Tepi Barat semakin memburuk,” ucap Retno dalam pidatonya.
Masih sama seperti pernyataannya di hadapan Majelis PBB, dalam diskusi bersama kumparan, Retno juga menyampaikan kritiknya terhadap Dewan Keamanan PBB, mempertanyakan kapan tindakan nyata akan diambil.
“PBB kan didirikan bukan untuk itu. PBB didirikan tahun 1945 pasca-Perang Dunia Kedua. Dunia hancur. Kita ingin bangun dunia yang lebih baik untuk semua. And then again, we are facing situasi seperti saat ini,” tutur Retno.
Retno mendesak Dewan Keamanan untuk segera menghentikan impunitas Israel yang terus melanggar hukum internasional, demi menghentikan penderitaan warga Palestina dan menjaga stabilitas regional.