Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menlu Sugiono di APEC: Inovasi & Digitalisasi Jadi Mesin Transformasi Ekonomi RI
15 November 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menyampaikan pentingnya peran inovasi dan digitalisasi sebagai mesin transformasi ekonomi di Indonesia dalam pidatonya di pertemuan Tingkat Menteri dari Ekonomi APEC (AMM) di Lima, Peru, Kamis (14/11).
ADVERTISEMENT
“Bagi Indonesia, inovasi dan digitalisasi bukan sekadar alat; keduanya adalah mesin transformasi ekonomi. Karena kita bercita-cita untuk bergabung dengan lima ekonomi teratas dunia pada tahun 2045, kita harus memanfaatkan inovasi dan teknologi digital untuk menjembatani kesenjangan dan mengangkat semua segmen masyarakat,” ungkap Sugiono, seperti diberitakan Kemlu RI.
Di hadapan delegasi, Sugiono juga menyoroti kesenjangan digital yang signifikan dan masih menjadi penghambat bagi jutaan orang di kawasan ini untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital.
“Asia-Pasifik adalah rumah bagi beberapa ekonomi digital dan pusat inovasi paling maju di dunia. Namun, di sana juga terdapat kesenjangan digital yang besar, yang mengancam akan meninggalkan jutaan orang di belakang,” tuturnya.
Berdasarkan data International Telecommunication Union (ITU), lebih dari 1,7 miliar orang di kawasan ini masih terputus dari internet, dengan mayoritas pekerja di negara berpendapatan rendah dan menengah tak memiliki keterampilan digital dasar.
Sugiono menegaskan, kesenjangan ini memperparah ketidaksetaraan ekonomi, terutama di kalangan perempuan yang peluang akses internetnya 20 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Menanggapi tantangan ini, Sugiono menekankan komitmen Indonesia untuk menjembatani kesenjangan digital.
Salah satu langkah yang diambil adalah program Desa Digital Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan digital masyarakat pedesaan dan membuka akses ekonomi formal bagi kelompok rentan.
“Tanpa akses yang adil ke teknologi digital, peluang ekonomi tetap terkonsentrasi di kalangan yang memiliki hak istimewa, yang akan memperparah kesenjangan,” katanya.
Kesempatan itu juga digunakan Sugiono untuk menguraikan sejumlah inisiatif yang telah diterapkan Indonesia untuk memperlancar transisi ke ekonomi formal, di antaranya peningkatan akses pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil serta pelatihan kewirausahaan.
Selain itu, Indonesia memberikan perlindungan jaminan sosial bagi pekerja sektor informal yang berperan penting dalam memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Transisi ke ekonomi formal memang memerlukan biaya yang signifikan. Namun, Indonesia yakin hal ini dapat dikurangi melalui strategi yang bertahap dan inklusif. Langkah-langkah dukungan yang ditargetkan dan program pelatihan merupakan inti dari strategi ini,” sambungnya.
Sebagai bagian dari upaya inklusif, Sugiono juga menyoroti pentingnya pemberdayaan perempuan di sektor digital.
Indonesia, lanjutnya, telah mengadopsi kebijakan responsif gender untuk memastikan perempuan mendapatkan akses perangkat dan pelatihan keterampilan.
“Pemberdayaan perempuan dalam ekonomi digital akan membuka potensi besar untuk pertumbuhan dan ketahanan di kawasan kita,” tambahnya.
Mengakhiri pidatonya, Sugiono menyatakan bahwa Asia-Pasifik harus mampu menjadi pemain utama dalam ekonomi digital.
“Mari kita pastikan tidak ada yang tertinggal saat kita merangkul era digital dan berusaha untuk menjadi pemimpin global dalam ekonomi digital,” tutur Sugiono.
ADVERTISEMENT