Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Menlu Sugiono: Jika Tata Kelola Global Mati Suri, Perang Nuklir Bisa Terjadi
10 Januari 2025 13:06 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Sugiono mengingatkan krisis global menciptakan tantangan tersendiri terhadap perdamaian dan stabilitas global. Sehingga, diperlukan langkah-langkah optimal untuk mencegah itu.
ADVERTISEMENT
"Ironisnya di tengah berbagai tantangan, solidaritas dan kerja sama global justru memudar, di mana multilateralisme kehilangan daya, hukum internasional dan Piagam PBB semakin tidak dihormati, arsitektur-arsitektur ekonomi dunia yang tidak lagi sesuai untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan sebagian besar negara-negara global," kata Sugiono dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri di Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Jumat (10/1).
Sugiono juga menyoroti komitmen negara pendiri sistem internasional yang melemah terhadap sistem yang sejatinya mereka bentuk. Ia menilai, semangat reformasi multilateral kini jalan di tempat dan banyak negara yang enggan untuk memperbaikinya karena terus ingin mempertahankan dominasi dan status quo.
"Jika situasi ini dibiarkan, maka sistem tata kelola global bisa mati suri, negara berkembang akan kian terpinggirkan, bahkan bukan tidak mungkin konflik yang sifatnya terbuka dan perang nuklir bisa terjadi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, Sugiono mengatakan pemerintah Indonesia menilai bahwa untuk menghindari pertikaian, langkah pertama yang harus dilakukan adalah perdamaian.
"Setiap konflik harus diidentifikasi dan ditangani sedini mungkin sebelum semua terlambat dan merembet jadi konflik yang tidak terkendali," ujarnya.
Apalagi, sejarah diplomasi Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia tidak pernah tinggal diam. Hal ini terlihat dari pembentukan Konferensi Asia Afrika di tahun 1955, terbentuknya ASEAN di tahun 1967, konsep negara kepulauan dalam UNCLOS 1982, hingga ASEAN Outlook on the Indo-Pacific di tahun 2019.
"Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pelopor perubahan dan selalu jadi bagian dari solusi dan jembatan perbedaan. Namun, tentu saja jembatan itu tidak cukup hanya dibangun, tapi juga harus bisa dilalui bersama," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sugiono kemudian mengutip pesan Presiden Prabowo Subianto yang mengatakan prosperity can only come from peace, peace come from understanding, and understanding comes from engagement and negotiation.
"Visi tersebut berangkat dari keyakinan bahwa perdamaian hanya akan bisa tercipta jika bekerja sama. Dunia tidak membutuhkan lebih banyak perpecahan dan rivalitas, namun sebaliknya dunia membutuhkan kepemimpinan yang kolaboratif, inklusif dengan merangkul semuanya," tuturnya lagi.
"Karena sesuai dengan pepatah kuno bahwa 1.000 kawan terlalu sedikit, 1 musuh terlalu banyak, kepemimpinan yang menjawab tantangan secara berani melalui cara-cara yang inovatif," pungkasnya.