Menlu Sugiono Pastikan Tak Ada Pembahasan Dedolarisasi di KTT BRICS di Rusia

2 Desember 2024 14:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, berbicara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia, pada tanggal 24 Oktober 2024. Foto: ANTARA/HO-Kemlu RI
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, berbicara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia, pada tanggal 24 Oktober 2024. Foto: ANTARA/HO-Kemlu RI
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Sugiono memberikan penjelasan terkait kehadirannya dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia, yang berlangsung pada 23-24 Oktober.
ADVERTISEMENT
Mencuat isu, dalam pertemuan itu turut dibahas mengenai dedolarisasi. Dedolarisasi yakni mengurangi penggunaan dolar AS dalam transaksi ekonomi. Selama ini, dolar AS digunakan sebagai mata uang acuan untuk kebijakan ekonomi.
Sementara negara yang tergabung dalam BRICS sebagai anggota penuh, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, Uni Emirat Arab (UEA), Iran, Mesir, dan Ethiopia.
Indonesia sudah menyampaikan minat untuk menjadi anggota BRICS dan saat ini berstatus negara mitra bersama 12 negara lainnya.
Presiden Putin memimpin KTT BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia, Kamis (24/10/2024). Foto: Sergey Bobylev/Photohost agency brics-russia2024.ru
Sugiono memastikan tidak ada pembahasan mengenai dedolarisasi dalam KTT BRICS kemarin.
“Kemudian ada yang menyampaikan bahwa, ada yang menyampaikan isu-isu soal dedolarisasi, kemudian menciptakan mata uang baru. Pada saat KTT terakhir kemarin hal tersebut sama sekali tidak dibicarakan,” kata Sugiono dalam rapat bersama Komisi I DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta Pusat, Senin (2/12).
ADVERTISEMENT
“Memang saya tahu ada beberapa yang beredar di social media mengenai mata uang dan sebagainya. Tetapi itu sama sekali tidak dibicarakan dan tidak pernah disentuh, terutama urusan mata uang,” tambah politikus Gerindra ini.
Soal isu dedolarisasi ini membuat presiden AS terpilih Donald Trump mengeluarkan ancaman pada 1 Desember 2024.
"Gagasan bahwa Negara-negara BRICS mencoba menjauh dari Dolar sementara kita berdiam diri dan menonton sudah BERAKHIR. Kita menuntut komitmen dari Negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan Mata Uang BRICS baru, atau mendukung Mata Uang lain untuk menggantikan Dolar AS yang perkasa atau, mereka akan menghadapi Tarif 100%, dan harus mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke Ekonomi AS yang luar biasa. Mereka dapat mencari "orang bodoh" lain! Tidak ada peluang bahwa BRICS akan menggantikan Dolar AS dalam Perdagangan Internasional, dan Negara mana pun yang mencoba harus mengucapkan selamat tinggal kepada Amerika," tulis Trump.
ADVERTISEMENT

BRICS Media yang Tepat

Lebih lanjut Sugiono menegaskan, BRICS bisa menjadi media yang tepat untuk memajukan kepentingan negara berkembang.
“Tapi, intinya adalah bahwa BRICS adalah satu media yang akan, yang bisa kita manfaatkan sebagai kendaraan yang tepat, sebagai media yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama-sama dari negara-negara berkembang,” tuturnya.
Menurut Sugiono, niat Indonesia masuk dalam KTT BRICS merupakan bentuk kebebasan Indonesia sebagai negara berdaulat untuk menentukan dengan siapa bekerja sama.
“Memang ada juga beberapa suara yang kemudian menganggap masuknya Indonesia, atau niat Indonesia untuk masuk ke BRICS adalah sesuatu yang perlu ditinjau kembali,” ujar orang dekat Presiden Prabowo ini.
“Namun kita tetap pada posisi bahwa ini adalah kebebasan kita sebagai negara berdaulat untuk menentukan dengan siapa kita mau bekerja sama untuk kepentingan nasional kita,” pungkasnya.
Ilustrasi uang dolar. Foto: Aditia Noviansyah