Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
5 Ramadhan 1446 HRabu, 05 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
MenPPPA: 1 dari 4 Perempuan Pernah Alami Kekerasan Fisik, Psikis, dan Seksual
4 Maret 2025 13:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) merilis data pada tahun 2024, bahwa terdapat 1 dari 4 perempuan pernah mengalami kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Sementara kekerasan seksual pada anak terjadi 1 dari 2 anak.
ADVERTISEMENT
“Berdasarkan hasil survei pengalaman hidup perempuan nasional tahun 2024, bahwa 1 dari 4 perempuan pernah mengalami kekerasan fisik, psikis, seksual, maupun bentuk kekerasan lainnya,” kata MenPPPA Arifatul Choiri Fauzi di dalam sambutan acara nota kesepahaman (MoU) bersama BCA dan Polri, di Kantor KemenPPPA, Jakarta Pusat, Selasa (4/3).
“Hasil survei nasional juga terhadap pengalaman hidup anak dan remaja cukup lebih tinggi lagi angkanya. 1 dari 2 anak pernah mengalami kekerasan seksual. Temuan ini sejalan dengan data yang tercatat dalam sistem informasi online perlindungan perempuan dan anak pada tahun 2024,” tambah dia.
Guna mencegah terjadinya kekerasan seksual dan memberikan ruang aman, Arifatul mengatakan, KemenPPPA mengadakan Ruang Bersama Indonesia. Sehingga tak ada lagi anak-anak yang mojok di kamar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, terdapat call center SAPA 129 yang dapat dihubungi oleh para korban kekerasan seksual.
“Yang pertama adalah Ruang Bersama Indonesia, yang kedua adalah penguatan, pemanfaatan call center kami, SAPA 129, dan yang ketiga adalah adanya data tentang perempuan dan anak yang berbasis desa,” papar dia.
Pada kesempatan yang sama, Kabareskrim Polri Komjen Pol. Wahyu Widada juga menyinggung kekerasan seperti aksi tawuran yang terjadi pada anak-anak. Dia mengatakan, kekerasan dapat terjadi karena keterbatasan ruang terbuka bagi remaja.
“Apalagi untuk ruang terbuka-buka yang mereka untuk menyalurkan keinginannya, menyalurkan energi. Anak-anak ini kan punya energi yang luar biasa, tapi tidak ada tempatnya. Ini juga mungkin menjadi perhatian kita,” tutur Wahyu Widada di lokasi yang sama.
ADVERTISEMENT
“Sementara banyak sekolah-sekolah SD, SMP yang mungkin sekolahnya bagus, tapi tidak punya tempat olahraga,” imbuhnya.