Menristek: 78% Virus Corona di Dunia Bermutasi Jadi D614G, Tak Lebih Bahaya

2 September 2020 17:40 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Menristek Bambang Brodjonegoro memaparkan soal mutasi virus corona menjadi D614G. Mutasi ini disebut-sebut membuat corona 10 kali lebih menular.
ADVERTISEMENT
"Terkait dengan berita yang belakangan beredar yang barangkali di-trigger oleh Menteri Kesehatan Malaysia, perlu kami sampaikan bahwa mutasi D614G pertama kali ditemukan sebenarnya Januari 2020 di Jerman dan China," kata Bambang di gedung BNPB yang disiarkan secara virtual, Rabu (2/9).
Ia menambahkan, saat ini, jika melihat seluruh whole genome sequence yang sudah ada di GISAID dari seluruh dunia, maka pada dasarnya sudah sekitar 78 persen mengandung mutasi D614G.
"Jadi artinya mutasi D614G sudah mendominasi virus SARS-CoV-2 itu sendiri," tutur Bambang.
GISAID Initiave adalah prakarsa berbagi data virus influenza dengan cara yang unik untuk memajukan kesehatan global.
Bambang menjelaskan, dari 24 whole genome sequence yang sudah di-submit Indonesia, lanjut dia, 9 di antaranya mengandung mutasi D614G. Ia pun merincikan wilayahnya.
ADVERTISEMENT
"Yaitu 2 dari Surabaya, 3 dari Yogyakarta, 2 dari Tangerang dan Jakarta, dan 2 dari Bandung. Jadi ada 9 dari 24 yang sudah di-submit," jelas dia.
Dari 9 whole genome sequence yang sudah di-submit tersebut, 1 terkategori dalam clade GR dan berasal dari Jakarta. "8 lainnya dari luar Jakarta masuk kategori clade GH. Jadi itu clade yang mengandung D614G," tuturnya.
Menristek Bambang Brodjonegoro di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Pertanyaannya sekarang, bagaimana pengaruhnya terhadap perjalanan klinis dan pengobatan?

Bambang mengaku baru saja berkomunikasi langsung dengan Presiden GISAID yang melakukan analisa terhadap virus SARS-CoV-2 ini. Sejauh ini belum ada bukti bahwa mutasi virus ini lebih ganas dan lebih berbahaya.
"Jadi saya ulangi, tidak ada bukti atau belum ada bukti yang menyatakan bahwa mutasi D614G ini lebih ganas atau lebih berbahaya," tutur Bambang.
ADVERTISEMENT
Ia menyampaikan bahwa mutasi D614G ini sama dengan virus SARS-CoV-2 yang kita alami selama ini. Artinya belum ada bukti baik terhadap penyebaran maupun terhadap keparahan dari penyakit COVID-19 itu sendiri.
"Dan pengaruh dari D614G ini pada intinya tidak akan mengganggu upaya pengembangan vaksin. Karena mutasi ini tidak menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi dari receptor binding domain, yang merupakan bagian dari virus spike yang dijadikan target vaksin," urai Bambang.
Jadi artinya, upaya pengembangan vaksin Merah Putih maupun vaksin di luar itu menurutnya tidak akan terganggu. Ia meminta masyarakat tidak panik berlebihan.
"Tentunya, masyarakat, pertama kita minta tidak panik yang berlebihan, tetapi tetap waspada penuh. Karena bagaimanapun virus ini akan tetap ada, pandemi ini tetap akan berlangsung. Dan tentunya, selama kita berhadapan atau hidup bersama pandemi COVID," beber Bambang.
ADVERTISEMENT
"Tetap menjalankan konsisten 3M, mengenakan masker, mencuci tangan dengan air dan sabun, menjaga jarak atau menghindari kerumunan," sambung Bambang.