Menristek: Bahan Baku Vit C 90% Impor, padahal Keanekaragaman Hayati RI Banyak

2 Maret 2021 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan yang harus dibawa ketika traveling. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan yang harus dibawa ketika traveling. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah terus mendorong kemandirian kesehatan salah satunya memproduksi obat-obatan dalam negeri. Namun Menristek Bambang Brodjonegoro menyayangkan masih banyak bahan baku obat-obatan, termasuk vitamin C yang harus diimpor.
ADVERTISEMENT
"Obatnya banyak bilang buatan Indonesia, vitamin C, dll, tapi jangan lupa, di dalam kapsul dan tablet yang kita minum ada bahan bakunya, itu yang di atas 90% masih impor," jelas Bambang saat konferensi pers virtual tentang satu tahun pandemi COVID-19 di Indonesia, Selasa (2/3).
Ilustrasi vitamin C tambahan Foto: dok.shutterstock
Menurutnya, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan kekayaan alamnya untuk membuat bahan baku obat-obatan. Ia pun mendukung kerja keras para peneliti untuk memanfaatkan kekayaan alam dalam negeri demi kesehatan masyarakat.
"Padahal Indonesia negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, digabung darat dan laut," terangnya.
"Artinya tak ada alasan kita tidak bisa membuat bahan baku obat, karena bahannya ada di sekitar kita, tinggal kita kerja keras dengan scientific dan talenta agar keanekaragaman hayati jadi obat yang bisa menciptakan masyarakat sehat," imbuhnya.
Menristek Bambang Brodjonegoro pada peluncuran roadmap kendaraan listrik di Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI, Jumat (13/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Selain obat-obatan, Bambang juga mendorong kemandirian dalam pengembangan ICU ventilator buatan dalam negeri. Ia berharap kemandirian kesehatan ini bisa tercapai pada tahun ini untuk menuntaskan pandemi corona.
ADVERTISEMENT
"Indonesia tahun ini harus punya ICU ventilator yang dikembangkan sendiri, bukan impor, dikembangkan sendiri, saya cukup gembira beberapa pihak sudah mulai, ada yang sudah siap uji klinis," pungkasnya.
Ventilator COVENT-20 buatan Universitas Indonesia. Foto: Universitas Indonesia