Menristek Bantu Uji Klinis GeNose UGM, Deteksi Corona lewat Embusan Napas

24 September 2020 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kiri) di Kompleks Parlemen, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kiri) di Kompleks Parlemen, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menristek Bambang Brodjonegoro menerima kunjungan peneliti Universitas Gadjah Mada yang memamerkan teknologi GeNose, pendeteksi COVID-19. Alat ini berguna untuk screening virus corona dengan tingkat keakuratan yang diklaim hampir setara tes antigen PCR.
ADVERTISEMENT
Sebab, cara kerja GeNose adalah dengan mendeteksi virus melalui embusan napas seseorang yang hasilnya bisa didapat hanya dalam waktu 3 menit. Napas akan disimpan di dalam kantong lalu dideteksi menggunakan sensor Artificial Intelligence (AI).
Teknologi GeNose oleh UGM. Foto: Dok. Istimewa
"Kami sambut baik juga teknologi UGM, GeNose, yang juga mempunyai prinsip yang kira-kira sama dengan antigen tadi, karena yang disasar langsung adalah virusnya, penyakit yang dimulai dari saluran pernapasan kita, cara dengan embusan napas memang sangat tepat," ujar Bambang di Kantor Kemristek/BRIN, Kamis (24/9).
Saat ini, GeNose sudah lolos uji klinis tahap satu dan sedang memasuki tahap dua. Kemristek sepakat untuk mendukung UGM yang dibantu BIN-Polri dalam pelaksanaan dan pembiayaan uji klinis tahap dua.
ADVERTISEMENT
"Kami juga sadari, setelah melihat uji klinis vaksin atau obat, memang uji klinis memakan biaya yang tak sedikit, effort yang tak mudah, kadang banyak hambatan dalam pelaksanaannya, kami ingin beri dukungan penuh, termasuk pembiayaan," tutur Bambang.
Bambang mengakui Indonesia memiliki keterbatasan alat screening. Jika GeNose berhasil lolos uji, ini akan membantu meningkatkan jumlah screening corona dengan cepat dan efektif.
"Kalau dengan rapid test tentu masih ada komplikasi karena ada darah yang diambil, invasif sifatnya, juga meski waktunya cepat, masih ada masalah pada efektivitas dan akurasinya," kata Bambang. Dengan PCR test, selain mahal, lama, dan memang PCR adalah goal standard," tutur Bambang.
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
"Karena itu, geNose ini diharapkan dalam uji klinis nanti sedekat mungkin dengan goal standard. Bahwa kita ingin jadikan goal standard, mungkin itu next step-nya. Tapi yang penting adalah geNose ini sesedekat mungkin dengan PCR sebagai goal standard," ungkap Bambang.
ADVERTISEMENT
Untuk mendukung pengujian, Kemristek juga akan memfasilitasi pemeriksaan corona via GeNose di kantornya. Nantinya, hasil dari tes GeNose akan dibandingkan dengan swab test untuk dilihat tingkat akurasinya.
"Jadi di lantai dasar [Kantor Kemristek], kami akan siapkan, siapkan booth, orang datang untuk mengembuskan napas dulu, diambil swabnya juga. Nah, nanti napasnya diperiksa langsung dengan geNose, sedangkan swab diperiksa di lab BPPT, sehingga bisa bantu menambah sampel dari uji klinis," tutur Bambang.