Menristek: Ke Depan Kita Tak Bisa Andalkan Termometer, Rapid Test Harus Sensitif

18 Mei 2020 19:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristek Bambang Brodjonegoro pada peluncuran roadmap kendaraan listrik di Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI, Jumat (13/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menristek Bambang Brodjonegoro pada peluncuran roadmap kendaraan listrik di Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI, Jumat (13/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa alat rapid test akan sangat dibutuhkan di masa depan. Sehingga, sejumlah riset dan inovasi harus dilakukan agar alat tersebut bisa lebih sensitif dan akurat dalam deteksi virus corona.
ADVERTISEMENT
"Dalam screening rapid test akan critical di masa depan, karena untuk cek seseorang postif COVID 19 ya tentunya tidak bisa andalkan temperatur atau termometer seperti sekarang," kata Bambang dalam dialog Peneliti/Perekayasa Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19, Senin (18/5).
"Barangkali rapid test itu nantinya pengembangannya akan menjadi lebih cepat, lebih mudah. Tapi lebih akurat," sambungnya.
Bambang mengatakan, nantinya alat rapid test akan sangat diperlukan untuk deteksi dini seseorang terkena COVID-19 atau tidak. Mungkin saja alat ini akan digunakan di setiap tempat untuk izin akses masuk, menggantikan penggunaan termometer yang saat ini digunakan.
Ilustrasi termometer air raksa dan termometer digital. Foto: Shutter Stock
"Sehingga paling tidak di suatu pertemuan atau even maka rapid test bisa jadi menyeleksi siapa yang boleh masuk atau tidak, seperti sekarang mau naik pesawat rapid test," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Bambang, saat ini kementerian yang dipimpinnya tengah menggelontorkan sejumlah dana untuk riset dan inovasi untuk hadapi virus corona. Di tahap pertama, pemerintah menggelontorkan Rp 60.6 miliar. Sementara di tahap kedua ada Rp 30 miliar.
Selain untuk riset rapid test, dana riset ini juga untuk memenuhi penyediaan alat kesehatan dan juga obat hingga vaksin corona.
"Paling tidak di Indonesia kita mulai mengurai upaya ketergantungan impor alat kesehatan dan impor bahan baku obat, yang dua-duanya diperkirakan ketergantungannya di atas 99 persen," pungkasnya.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.
ADVERTISEMENT