Menristekdikti soal Radikalisme di 7 PTN: Data Lama, Jadi Peringatan

1 Juni 2018 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menristekdikti Mohamad Nasir (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menristekdikti Mohamad Nasir (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir angkat bicara mengenai rilis BNPT yang menyebut 7 perguruan tinggi negeri (PTN) telah terpapar dan menjadi persemaian bibit radikalisme.
ADVERTISEMENT
Menurut Nasir, apa yang diungkapkan BNPT tersebut adalah data lama. Data tersebut, kata Nasir, adalah suatu peringatan bahwa paham radikal tumbuh di PTN.
"BNPT itu kan memberikan satu peringatan, tapi itu kan kejadian sudah lama, data lama. Perguruan tinggi itu sejak tahun 1983 mulai tumbuh akibat kebijakan normalisasi kehidupan kampus,” tutur Nasir di GOR Pancasila, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (1/6).
Kuliah lagi? Why not banget! (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kuliah lagi? Why not banget! (Foto: Istimewa)
Namun, Nasir memastikan pemerintah telah mengimbau kepada rektor untuk aktif memantau dan mengawasi secara intensif setiap kegiatan mahasiswa dan dosen yang berhubungan dengan penyebaran paham radikalisme.
“Saya akan komunikasikan terus dengan rektor. Saya tingkatkan rektor harus memantau dan mendata dosen dan mahasiswa yang terpapar radikalisme,” terangnya.
Nasir mengatakan, salah satu cara menangkal radikalisme adalah menerapkan kebijakan soal pemahaman bela negara dan wawasan kebangsaan di setiap kampus-kampus.
ADVERTISEMENT
“Saya lakukan bela negara dan wawasan kebangsaan, agar harus kembali ke NKRI,” pungkasnya.
Sebelumnya, BNPT merilis 7 PTN yang dicurigai sebagai tempat persemaian bibit radikalisme. Yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Kemudian Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Brawijaya (UB) juga diduga sebagai tempat penyebaran paham radikalisme. Direktur Penanggulangan BNPT Brigjen Pol Hamli menyatakan data itu didapat dari data penelitian.