Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menteri Ben-Gvir Minta Yahudi Berdoa di Al-Aqsa, Netanyahu Ingatkan Status Quo
26 Agustus 2024 17:31 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, kembali menyerukan agar umat Yahudi segera berdoa di halaman Masjid Al-Aqsa. Seruan Ben-Gvir yang dikenal suka memprovokasi ini pun menuai kritik.
ADVERTISEMENT
Ben-Gvir merupakan sosok Yahudi garis keras di kabinet Israel. Dia dikecam karena berulang kali melakukan ritual Yahudi di halaman Al-Aqsa.
"Kebijakan mengizinkan berdoa di Bukit Bait Suci, itu adalah hukum yang setara antara Yahudi dan Muslim, saya akan membangun sinagoge di sana," kata Ben-Gvir seperti dikutip dari Reuters.
Merespons seruan Ben-Gvir, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan posisi negaranya terhadap status quo di Masjid Al-Aqsa. Dia menyebut Israel menerima larangan umat non-Muslim beribadah halaman masjid tersebut.
"Tidak ada perubahan status quo di Bukit Bait Suci," ucap Netanyahu.
Berdasar perjanjian internasional, Masjid Al-Aqsa saat ini di bawah kendali Yordania, tapi Israel sering mengintervensinya.
Kecaman pada Ben-Gvir
Beberapa anggota kabinet Israel mengecam pernyataan Ben-Gvir terbaru. Ada yang menyebut tindakan Ben-Gvir akan membuat negosiasi gencatan senjata perang Gaza sulit terwujud.
ADVERTISEMENT
"Menantang status quo Bukit Bait Suci sangat berbahaya, tidak perlu dan tindakan tak bertanggung jawab," ucap Menhan Israel Yoav Gallant.
"Aksi Ben-Gvir membahayakan negara Israel dan juga status internasionalnya," sambung Gallant.
Sejak awal abad ke-20, Masjid Al-Aqsa telah menjadi pusat ketegangan dalam konflik antara Palestina dan Israel.
Pada 1947, PBB mencetuskan rencana pembagian Palestina, namun ketegangan meningkat setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948, penyebab terjadinya perang Arab-Israel pertama.
Sejak itu, Yerusalem Timur, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa, berada di bawah kendali Israel setelah Perang Enam Hari pada 1967.
Meskipun Israel mengeklaim kota tersebut sebagai ibu kota "yang bersatu," banyak negara dan organisasi internasional tidak mengakui klaimnya, mengingat status Yerusalem yang seharusnya dibahas dalam negosiasi perdamaian.
ADVERTISEMENT