Menteri Ben-Gvir Minta Yahudi Berdoa di Al-Aqsa, Netanyahu Ingatkan Status Quo

26 Agustus 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengunjungi kompleks Al-Aqsa yang juga dikenal oleh orang-orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, 13 Agustus 2024 Foto: Temple Mount Administration/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengunjungi kompleks Al-Aqsa yang juga dikenal oleh orang-orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, 13 Agustus 2024 Foto: Temple Mount Administration/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, kembali menyerukan agar umat Yahudi segera berdoa di halaman Masjid Al-Aqsa. Seruan Ben-Gvir yang dikenal suka memprovokasi ini pun menuai kritik.
ADVERTISEMENT
Ben-Gvir merupakan sosok Yahudi garis keras di kabinet Israel. Dia dikecam karena berulang kali melakukan ritual Yahudi di halaman Al-Aqsa.
"Kebijakan mengizinkan berdoa di Bukit Bait Suci, itu adalah hukum yang setara antara Yahudi dan Muslim, saya akan membangun sinagoge di sana," kata Ben-Gvir seperti dikutip dari Reuters.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet mingguan di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada 7 Januari 2024. Foto: Ronen Zvulun / POOL / AFP
Merespons seruan Ben-Gvir, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan posisi negaranya terhadap status quo di Masjid Al-Aqsa. Dia menyebut Israel menerima larangan umat non-Muslim beribadah halaman masjid tersebut.
"Tidak ada perubahan status quo di Bukit Bait Suci," ucap Netanyahu.
Berdasar perjanjian internasional, Masjid Al-Aqsa saat ini di bawah kendali Yordania, tapi Israel sering mengintervensinya.

Kecaman pada Ben-Gvir

Beberapa anggota kabinet Israel mengecam pernyataan Ben-Gvir terbaru. Ada yang menyebut tindakan Ben-Gvir akan membuat negosiasi gencatan senjata perang Gaza sulit terwujud.
ADVERTISEMENT
"Menantang status quo Bukit Bait Suci sangat berbahaya, tidak perlu dan tindakan tak bertanggung jawab," ucap Menhan Israel Yoav Gallant.
"Aksi Ben-Gvir membahayakan negara Israel dan juga status internasionalnya," sambung Gallant.
Sejak awal abad ke-20, Masjid Al-Aqsa telah menjadi pusat ketegangan dalam konflik antara Palestina dan Israel.
Pada 1947, PBB mencetuskan rencana pembagian Palestina, namun ketegangan meningkat setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948, penyebab terjadinya perang Arab-Israel pertama.
Sejak itu, Yerusalem Timur, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa, berada di bawah kendali Israel setelah Perang Enam Hari pada 1967.
Meskipun Israel mengeklaim kota tersebut sebagai ibu kota "yang bersatu," banyak negara dan organisasi internasional tidak mengakui klaimnya, mengingat status Yerusalem yang seharusnya dibahas dalam negosiasi perdamaian.
ADVERTISEMENT