Menteri Israel Ben Gvir Suruh Polisi Sita Pengeras Suara Masjid untuk Azan

2 Desember 2024 12:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
Menteri Keamanan Nasional Israel yang baru, Itamar Ben Gvir, saat mengunjungi pasar Mahane Yehuda di Yerusalem pada 30 Desember 2022. Foto: Menahem Kahana/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keamanan Nasional Israel yang baru, Itamar Ben Gvir, saat mengunjungi pasar Mahane Yehuda di Yerusalem pada 30 Desember 2022. Foto: Menahem Kahana/AFP
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi tindakan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, memicu kontroversi. Kali ini ia memerintahkan polisi untuk menyita pengeras suara masjid dan mendenda pihak yang dinilai melanggar aturan kebisingan.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang diumumkan pada Sabtu (30/11) itu sontak menuai kritik tajam dari komunitas Muslim dan tokoh Arab di Israel.
Menteri yang dikenal sebagai politikus sayap kanan itu menyebut perintahnya sebagai upaya menertibkan “kebisingan berlebihan” yang berasal dari masjid.
“Undang-undang memberikan opsi untuk menyita sistem audio [di masjid]. Ini adalah alat yang efektif untuk pencegahan. Saat kita menggunakan alat ini, alat ini akan bergema di seluruh sektor [Muslim]. Pada akhirnya, kita perlu mendapatkan hasil di lapangan,” tulis surat perintah Ben Gvir untuk polisi, seperti dikutip dari Times of Israel.
Kebijakan itu dianggap memprovokasi umat Muslim.
Wali Kota di wilayah mayoritas Arab mengecam tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai provokasi pemicu kekacauan.
Ketua partai Islam Ra’am, Mansour Abbas, menuding Ben Gvir sengaja mengadu domba komunitas Muslim dengan tindakan tersebut.
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengunjungi kompleks Al-Aqsa yang juga dikenal oleh orang-orang Yahudi sebagai Temple Mount, di Kota Tua Yerusalem, 13 Agustus 2024 Foto: Temple Mount Administration/Handout via REUTERS
Namun, Ben Gvir dengan bangga menyatakan keinginannya untuk melanjutkan kebijakan itu.
ADVERTISEMENT
“Untuk menghentikan kebisingan yang tidak wajar dari masjid dan sumber lain yang telah menjadi bahaya bagi penduduk Israel,” ungkap Ben Gvir lewat pernyataan kantornya.
“Banyak negara Barat, bahkan beberapa negara Arab, sudah membatasi kebisingan. Hal ini diabaikan di Israel,” lanjut pernyataan itu.
Panggilan salat yang dikumandangkan lima kali sehari menjadi sasaran kebijakan ini.
Beberapa warga Yahudi di Yerusalem Timur dan kota lain sempat mengeluhkan suara azan yang dianggap terlalu keras dan mengganggu.
Di sisi lain, para pemimpin komunitas Arab menegaskan bahwa azan adalah bagian tak terpisahkan dari identitas Muslim.
Anggota parlemen Hadash-Ta’al, Ahmad Tibi, menyebut langkah Ben Gvir sebagai “usaha memperdalam penindasan terhadap komunitas Arab”.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir (kedua kiri) mengunjungi kompleks Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Foto: Minhelet Har-Habait/via REUTERS
Organisasi Abraham Initiatives yang mendukung kerja sama Yahudi-Arab, menganggap kebijakan ini sebagai bentuk politisasi polisi oleh Ben Gvir.
ADVERTISEMENT
“Sementara organisasi kriminal bebas berkeliaran, Ben Gvir justru menggunakan polisi untuk menimbulkan kebencian dan kekacauan,” kata perwakilan organisasi itu.
Ini bukan pertama kalinya azan menjadi sorotan di Israel.
Pada 2017, rancangan undang-undang “Muazin” sempat diajukan untuk membatasi pengeras suara masjid, tapi gagal menjadi undang-undang.
Sikap terbaru ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan antara komunitas Yahudi dan Muslim di Israel.
“Ben Gvir hanya mencoba memancing reaksi dari komunitas Muslim,” ujar Abbas.
Mengutip Al Jazeera, Ben Gvir sebelum menjadi menteri di kabinet PM Benjamin Netanyahu dikenal sebagai seorang provokator sayap kanan yang religius dan pembenci Palestina.
Media lokal Israel, Haaretz, pernah menulis editorial tentang Gvir dengan judul "Ben Gvir, Provokator yang Tidak Bertanggung Jawab".
ADVERTISEMENT