Menyapa Muslim di Xi’an, China

28 Oktober 2017 6:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Agung Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Agung Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
ADVERTISEMENT
Assalamualaikum. Salam pembuka saya sampaikan kepada beberapa pengurus Masjid Xi’an saat mereka menyambut kami di pintu gerbang masjid. Masjid yang dikenal sebagai Great Mosque of Xi’an ini berada di kawasan gang masjid, Jalan Huajeu, yang ramai oleh wisatawan di tengah Kota Xi’an.
ADVERTISEMENT
Kota Xi’an merupakan bagian Provinsi Shaanxi, yang berada di bagian barat laut China. Saya dan beberapa pemimpin media dari Indonesia terbang menuju Xi’an setelah terbang dari Xiamen, sebuah kota di Provinsi Fujian, di bagian tenggara China. Xiamen-Xi’an ditempuh selama 2,5 jam. Setelah mendarat di Bandara Internasional Xi’an Xianyang, kami melakukan perjalanan darat selama 1 jam untuk sampai ke tengah kota Xi’an.
Bayangan saya tentang Kota Xi’an yang dikenal sebagai Kota Tua tidak sesuai kenyataannya. Kota ini ternyata modern. Sepanjang perjalanan dari Bandara Xi’an Xianyang menuju tengah kota, gedung-gedung tinggi menjulang berjajar.
“Ini apartemen yang memang baru dibangun sekitar 3-5 tahun lalu. Dulunya sawah ini,” kata Wu Ruiguo, pemandu kami. Jumlah populasi kota Xi’an sekitar 7 juta. Satu juta orang tinggal di bagian dalam benteng, sementara 6 juta orang berada di luar benteng. Benteng kuno yang dibangun pada zaman kekaisaran saat ini masih berdiri kokoh, yang dijadikan batasan tengah kota.
ADVERTISEMENT
Kami yang datang pada Kamis (24/10) malam juga menyaksikan gemerlap bangunan yang indah ketika memasuki Xi’an. Seperti Xiamen, Kota Xi’an di malam hari terlihat menawan karena berhias lampu-lampu LED. Dulu, pada zaman kekaisaran, Kota Xi’an merupakan Ibu Kota China. Wajar kalau kota ini banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah. Selain sudah dipenuhi bangunan-bangunan modern, masih banyak bangunan berornamen China yang masih dipertahankan.
Halaman Masjid Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Halaman Masjid Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
Tidak seperti kota lainnya, di Kota Xi’an ini banyak warga Muslim. Imam Masjid Xi’an Ismail Ad Din alias Ding Ji Ping menyebut orang Muslim di Xi’an berjumlah 90.000 orang. “Di kota ini, ada 90.000 Muslim. Tapi, kalau di seluruh Provinsi Shaanxi, ada 150.000 Muslim,” kata Ismail, yang juga merupakan Ketua Asosiasi Muslim Provinsi Shaanxi.
ADVERTISEMENT
Masjid Xi’an atau dikenal juga sebagai Masjid Huajeu merupakan salah satu dari 26 masjid yang ada di Kota Xi’an. Di seluruh Provinsi Shaanxi, menurut Ismail, terdapat 150 masjid. Tapi masjid-masjid yang dimaksud, ada sebagian hanya berupa bangunan yang digunakan untuk salat berjemaah saja, bukan bangunan berbentuk masjid.
Ismail Ad Din, imam Masjid Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ismail Ad Din, imam Masjid Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
Masjid Xi’an merupakan masjid tertua di China dan sekaligus terbesar. Tidak seperti masjid-masjid kebanyakan di Indonesia yang terpengaruh arsitektur Timur Tengah, Masjid Xi’an benar-benar berornamen khas China. Tak ada kubah. Menaranya pun tidak tinggi. Yang menggambarkan bahwa bangunan ini adalah masjid adalah banyaknya kaligrafi di pintu gerbang. Bagian dalam masjid juga penuh dengan kaligrafi Arab, bahkan ayat suci Al Quran.
Begitu disambut ramah oleh pengurus masjid, kami kemudian langsung menuju tempat wudu. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 16.00, saat waktu Asar tiba. Tidak terdengar azan berkumandang saat kami masuk area masjid yang berluas 12.000 meter persegi itu. Di China, suara azan hanya diperbolehkan diperdengarkan di bagian dalam masjid saja. Selesai wudu, kami menuju bagian utama masjid. Kami tiba ke masjid saat salat Asar berjemaah dimulai.
Bagian dalam Masjid Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bagian dalam Masjid Xi'an (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
Seusai salat asar, kami diterima oleh Ismail dan segenap pengurus masjid di kantor pengurus. Hadir juga Wakil Ketua Biro Agama Provinsi Xi’an, Lei Ximing. Ismail menjelaskan sejarah Masjid Xi’an dan tentang kegiatan-kegiatan di Masjid Xi’an.
ADVERTISEMENT
“Kami bisa melakukan salat berjemaah lima waktu di sini,” kata Ismail.
Selain salat jemaah lima waktu, Muslim Xi’an juga bisa melaksanakan salat Jumat, salat Idul Fitri, salat Idul Adha, dan berkegiatan atau beribadah di bulan Ramadan. Saat Ramadan, masjid ini juga menyelenggarakan salat tarawih dan buka bersama. “Kami juga ada kelas untuk anak-anak dan remaja Muslim,” ujar dia.
Ismail menjelaskan pemerintah China memberikan hak kepada umat Muslim di Xi’an dan Provinsi Shaanxi untuk beribadah. Namun, umat Muslim juga harus mematuhi hukum yang berlaku di China. Jadi, jangan bayangkan kegiatan umat Muslim di Xi’an seperti di Indonesia. Umat Muslim ini hidup di antara warga China yang 90 persennya memang tidak beragama, karena China berideologi komunis.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Ismail selalu mengingatkan kepada semua umat Muslim di Provinsi Shaanxi untuk menjadi Muslim yang baik dan warga negara yang baik. “Umat Muslim di sini harus taat terhadap ajaran Islam, tapi juga memberikan kontribusi terhadap masyarakat dan negara. Semua umat Muslim harus ikut dalam mendorong perdamaian dan keamanan masyarakat,” ujar dia.
Ismail Ad Din dan Lei Ximing (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ismail Ad Din dan Lei Ximing (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
Sementara Wakil Ketua Biro Urusan Agama Provinsi Shaanxi Lei Ximing menjelaskan bahwa pemerintah China memberikan kebebasan yang sama terhadap semua agama di China. “Jadi, kami tidak melakukan diskriminasi terhadap suatu kelompok agama, tapi kami harus melindungi kebebasan beragama secara keseluruhan. Ini sesuai konstitusi kami,” kata Lei yang baru dua bulan menjabat.
Menurut Lei, pemerintah peduli dengan kehidupan umat beragama. Dia mencontohkan pemerintah mengeluarkan anggaran untuk merawat bangunan-bangunan ibadah, termasuk Masjid Xi’an. Di China, kata dia, bangunan masjid dan tempat ibadah lainnya harus menggambarkan bangunan atau arsitektur China.
ADVERTISEMENT
Lei juga mengatakan bahwa pemerintah juga sering melakukan komunikasi dan koordinasi dengan para pemuka dan tokoh agama, sehingga para kaum Muslim maupun umat lain bisa menyampaikan usulan-usulan terhadap pemerintah. “Jadi, kami sebagai anggota komunis yang tidak beragama, tetap melindungi semua penganut agama di sini,” tegas Lei.
Kawasan Gang Masjid (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Gang Masjid (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
Kaum Muslim di Kota Xi’an terdiri dari kaum asli China maupun para pendatang yang sudah bertahun-tahun dan turun tumurun di Xi’an. Mereka memiliki beragam profesi. “Kaum Muslim di sini memiliki profesi apa saja,” kata Ismail. Bahkan, ada juga kaum Muslim yang menjadi pegawai negeri.
Lebih dari satu jam kami bertemu Ismail dan jajaran pengurus masjid. Sepuluh menit sebelum masuk waktu Magrib, pertemuan usai, karena Ismail harus menuju masjid untuk salat berjemaah. “Semoga acara berkunjung ke China sukses. Salam dari kami untuk kaum Muslim di Indonesia,” kata Ismail yang sudah berusia lanjut ini.
ADVERTISEMENT
Sebelum meninggalkan masjid, kami ambil wudu dan menuju masjid untuk salat Magrib. Azan Magrib dikumandangkan oleh muazin dengan pengeras suara yang hanya bisa terdengar di dalam masjid. Azan di Masjid Xi’an tidak seperti di Indonesia. Azannya sangat cepat dan tidak dilagukan panjang. Hanya pendek-pendek saja.
Banyak juga umat Muslim yang ikut salat berjemaah. Selain warga Muslim Xi’an, juga ada beberapa wisatawan dari berbagai negara, termasuk Timur Tengah. Sepuluh menit setelah kumandang azan, ikamah pun disuarakan. Beralaskan karpet indah warna biru, ratusan umat Muslim pun salat Magrib berjemaah. Di masjid berdinding dan beratap masjid dari kayu dan bernuansa kuno ini, para kaum Muslim terlihat khusyuk dan syahdu.
Laporan Arifin Asydhad dari Xi’an, China.
ADVERTISEMENT