Lipsus- Sambo Sang Dalang

Menyelami Deret Muslihat Sambo (2)

22 Agustus 2022 12:52 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
“Sudah, Pak. Saya buka semuanya saja, ya.”
Di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Irjen Ferdy Sambo tak lagi berkelit saat perwakilan Komnas HAM datang memeriksanya, Jumat (12/6). Kepada tiga komisioner Komnas HAM—Ahmad Taufan Damanik, Choirul Anam, dan Beka Ulung Hapsara—eks Kadiv Propam Polri itu meminta maaf karena bikin susah semua pihak.
Dalam pemeriksaan yang berlangsung selama satu jam itu, Sambo telah menanggalkan seragam Bhayangkara-nya. Ia memakai pakaian biasa. Ia pun sesekali menangis saat mengungkapkan pengakuannya sebagai pengatur rancang bangun skenario penembakan ajudannya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Sambo menjadi tersangka dan aktor utama pembunuhan berencana terhadap Yosua. Bersamanya, ikut dijerat pula dua ajudannya, Bharada Richard Eliezer dan Bripka Ricky Rizal; asisten rumah tangganya, Kuat Ma’ruf; serta istrinya sendiri, Putri Candrawathi.
“Saya semua. Saya yang merancang [skenario] itu semua,” kata Sambo sembari menangis sebagaimana dituturkan Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, Selasa (16/9), kepada kumparan.
Eks Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo. Foto: Dok. Pribadi
Titik Didih di Saguling
Kepada penyidik, Sambo mengungkapkan bahwa motif pembunuhan Yosua bermula dari peristiwa yang terjadi di Magelang. Sambo dan Putri berada di Magelang pada 4–7 Juli 2022 untuk mengantar anak mereka yang bersekolah di SMA Taruna Nusantara.
Mereka berangkat sejak tanggal 4 Juli. Pada 5 Juli, Sambo sempat bertugas ke Semarang. Pada 6 Juli, ia kembali ke Magelang untuk merayakan ulang tahun pernikahannya dengan Putri. Pada 7 Juli, Sambo pulang lebih dulu ke Jakarta untuk bekerja. Pada 8 Juli, Putri menyusul pulang bersama tiga ajudan dan asistennya.
Di antara sekuens itu, menurut Sambo, terjadilah sesuatu yang melukai harkat dan martabat keluarga. Dan “sesuatu” tersebut diduga dilakukan oleh Yosua.
Perumahan elit Residence Cempaka Mertoyudan di Kabupaten Magelang, tempat olah TKP lanjutan kasus penembakan Brigadir J. Foto: Dok. Istimewa
“... [Sambo] mengatakan dia menjadi marah dan emosi setelah mendapat laporan dari istrinya, PC, yang mengalami tindakan yang melukai harkat dan martabat keluarga di Magelang oleh almarhum J,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Bareskrim Polri, Brigjen Andi Rian Djajadi, di Mako Brimob Kelapa Dua, Kamis malam (11/8) malam.
Menurut sumber kumparan, pada malam tanggal 6 Juli, Sambo mendapat laporan tak mengenakkan yang melibatkan Yosua dan Putri. Diduga, keduanya terlibat affair—yang menurut Sambo adalah pelecehan terhadap istrinya. Malam itu, rumah Magelang memang tegang, sampai-sampai pistol Yosua dilucuti oleh Bripka Ricky.
Ketegangan terus berlangsung sampai keesokannya, dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Putri yang biasa disopiri Yosua, ketika itu tak semobil dengan Yosua. Ia bersama Richard dan Kuat, sedangkan Ricky di mobil patwal bersama Yosua.
Situasi lingkungan rumah pribadi Irjen Ferdy Sambo, Selasa (9/3/2022). Foto: Haya Syahira/kumparan
Setiba di Jakarta, Jumat sore (8/7), rombongan Putri menuju rumah pribadi Sambo di Jalan Saguling, Duren Tiga, untuk tes PCR. Di rumah itulah Sambo mendengar langsung dari Putri soal pelecehan oleh Yosua di Magelang. Pada titik inilah Sambo meradang dan merencanakan pembunuhan Yosua.
“Dia panggil satu-satu [ke lantai atas]—KM [Kuat Ma’ruf], RR [Ricky Rizal], Richard. [Diberi tugas], ‘Kau nanti perannya gini, kau lakukan gini,’” kata Taufan membeberkan kesaksian Sambo kepada Komnas HAM.
Sambo memanggil tiga orang tersebut secara terpisah. Sementara Putri tak ikut saat Sambo memanggil ketiga orang itu untuk diberi arahan soal pembunuhan Yosua. Cerita ini dibenarkan oleh Kuat, Ricky, dan Richard dalam pemeriksaan lain. Namun, kata Taufan, pengakuan itu mesti diuji lagi kebenarannya.
Berdasarkan hasil penyidikan terbaru Tim Khusus Polri, Putri disebut berada dalam suatu ruangan saat Sambo memanggil Richard, Ricky, dan Kuat.
Sambo sempat meminta Bripka Ricky untuk mengeksekusi Yosua, namun ia menolak. Selanjutnya, Sambo memerintahkan Richard. Menurut Taufan, Richard sebenarnya pun enggan mengikuti perintah Sambo.
“Tapi dia enggak berani membantah,” kata Taufan.
Richard Eliezer. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Muslihat 1: Putar Balik Mobil
Berpengalaman di bidang reserse bertahun-tahun selama masa tugasnya, alam pikir Sambo mengalir jauh ke depan kala merencanakan pembunuhan dan mempersulit penyelidikan. Ini, misalnya, terlihat saat ia memutar balik mobil sebelum menuju rumah dinasnya.
Pukul 17.05 WIB, setelah rencana pembunuhan disusun, Putri bersama Ricky, Kuat, dan Richard menuju rumah dinas Sambo di Kompleks Polri yang tak sampai satu kilometer dari Jl. Saguling. Lima menit kemudian, pukul 17.10 WIB, giliran Sambo yang keluar.
Rombongan Putri melintasi Jl. Saguling, lalu belok kanan ke Jl. Duren Tiga Barat, dan akhirnya sampai di rumah dinas yang berada di pojok antara Jl. Duren Tiga Barat dan Jl. Duren Tiga Utara I.
Sementara mobil Sambo yang diiringi motor patwal juga melewati rute yang sama. Namun, mobil Sambo tak langsung berhenti di rumah dinas. Ia justru melewati rumah dinas dan belok kiri ke Jl. Duren Tiga Utara I, seperti hendak keluar dari Kompleks Polri.
Dari rekaman CCTV, terlihat motor patwal yang mengawal Sambo berhenti sejenak di depan Jl. Duren Tiga Utara No. 48. Rombongan Sambo kemudian putar balik menuju rumah dinas.
Yang ketika itu tak langsung disadari polisi: mobil yang putar balik ini adalah skenario pertama Sambo. Ia sengaja membuat kesan seolah-olah sedang menuju tempat lain, lalu berbalik arah menuju rumah dinas karena—berdasarkan karangan di kepalanya—menerima laporan dari Putri tentang pelecehan seksual dan baku tembak oleh Yosua.
Setelah memutar mobilnya, Sambo pun menuju rumah dinas—yang sebetulnya sejak awal menjadi tujuannya. Rekan-rekan polisinya pun teperdaya.
“Padahal dalam rancangan [Sambo], dia memang akan datang ke situ (rumah dinas untuk) mengeksekusi Yosua. Dia sudah siapkan skenario bahwa nanti seolah-olah ada pelecehan seksual, Ibu (Putri) teriak, kemudian terjadi tembak-menembak. Diakui semua,” kata Taufan.
Ilustrasi penembakan. Foto: Shutter Stock
Muslihat 2: Baku Tembak Palsu
Tembak-menembak antara Richard dan Yosua adalah muslihat utama Sambo. Padahal, Yosua sama sekali tak menembak. Ia dipanggil masuk ke dalam, didudukkan, dipegangi, dan ditembak oleh Sambo dan Richard.
Richard melakukan tembakan fatal ke arah dada atas perintah Sambo. Sementara Sambo yang menggunakan sarung tangan hitam juga ikut menembak Yosua.
“[Sambo] enggak terlalu jelas mengaku [menembak Yosua] atau enggak. Tapi yang diulang-ulang [dikatakan Sambo], ‘Saya yang memerintahkan, saya yang atur semua.’ Sambil nangis-nangis,” kata Taufan.
Menurut pengakuan Richard, Sambo ikut menembak Yosua, tepatnya pada tembakan terakhir. Namun, Richard tak yakin tubuh Yosua bagian mana yang Sambo tembak. Sebab, Richard menembak sambil memejamkan mata dan menoleh ke belakang karena takut melihat Yosua mati.
“Dia ngeri membayangkan kenapa harus menembak. Dia tahu akibatnya Yosua akan mati. Dia punya kedekatan dengan Yosua. Itu seniornya, tidur sama dia tanggal 7 di Magelang. Dia sekamar sama Yosua,” ujar Taufan.
Warga melintas di depan rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (13/7/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Ada banyak kejanggalan jika kejadian ini dipaksakan sebagai skenario baku tembak antara Richard dan Yosua. Pertama, tembakan ke arah bawah dari arah bordes tangga ternyata sulit dilakukan lantaran ada tembok yang menghalangi pandangan dan sudut tembakan.
“Di situ ada plafon yang agak turun. Pasti orang di atas terhalang oleh [dinding] plafon. Kalau diperhatikan, orang yang menembak ke atas tangga lebih enak, sementara yang menembak ke bawah lebih rumit karena terbuka,” kata Taufan yang ikut mengecek TKP pada Senin (15/8).
Kedua, membuktikan Richard menyarangkan lima tembakan sekaligus ke arah Yosua itu sulit, karena kemampuan menembak Richard saat dites di Bareskrim Polri ternyata buruk. Skor menembak Richard saat menjalani pendidikan Brimob pun jelek.
“Disuruh nembak, tembakannya ngawur semua. Nah, ini nyatanya enggak bisa nembak dengan baik. Kok berani-beraninya ngaku yang nembak. Itu salah satu yang membuat Richard terpojok ketika tetap bertahan dengan keterangan [lama],” ujar Taufan.
Ilustrasi tembakan di dinding. Foto: kumparan
Ketiga, ada bekas tembakan di dinding yang diduga hasil rekayasa. Menurut Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto yang turut dalam pemeriksaan TKP, ia mendapat penjelasan dari Inafis dan Puslabfor Polri bahwa sudut tembakan terlampau tak masuk akal untuk disebut sebagai tembak-menembak.
“TKP banyak tidak benarnya. Maka harus dicocokkan dengan keterangan yang baru—tidak ada tembak-menembak,” kata Wahyu kepada kumparan, Jumat (19/8).
Muslihat 3: Memindahkan Mayat Yosua
Setelah Yosua tewas tersungkur di bawah tangga yang berada di depan kamar Putri, Sambo lalu memindahkan mayatnya. Jenazah Yosua dipindahkan sedikit ke depan kamar mandi di samping tangga untuk menguatkan skenario baku tembak.
Komnas HAM menekankan, mayat Yosua saat dipindahkan tidaklah digeser, tapi diangkat. Meski bekas darah di lokasi awal bisa terdeteksi menggunakan cairan luminol, namun bekas darah itu telah dibersihkan.
Kematian Brigadir Yosua. Foto: kumparan
Dengan demikian, Komnas HAM menemukan bukti-bukti adanya penghalang-halangan penyidikan (obstruction of justice) di TKP. Mulai dari tembakan palsu, pemindahan jenazah, hingga menyembunyikan rekaman CCTV.
Muslihat 4: Memengaruhi Saksi, Kompolnas, dan LPSK
Setelah beres dengan urusan mayat, Sambo meyakinkan orang-orang, termasuk rekan-rekannya di Polri, bahwa peristiwa di rumah dinasnya adalah baku tembak. Menurut sumber kumparan, cerita tembak-menembak itu pertama kali disampaikan Sambo kepada Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Ridwan Soplanit. Ridwan merupakan tetangga di sebelah rumah Sambo yang datang ke TKP lantaran melihat keramaian anggota Polri—yang mayoritas dari Propam—di rumah tersebut.
Ridwan kemudian melapor kepada Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi. Selanjutnya, Budhi melapor ke Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran. Malamnya, Sambo juga mengutarakan kisah yang sama kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo saat mendampingi Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Foto: Dok. Pribadi
Eks pengacara Bharada E, Deolipa Yumara dan Boerhanuddin, juga menyebut bahwa untuk memastikan saksi di TKP tutup mulut, Sambo menjanjikan uang untuk Richard sebesar Rp 1 miliar agar memberikan keterangan sesuai skenario rekaannya. Sementara duit untuk Bripka Ricky dan Kuat dijanjikan masing-masing Rp 500 juta.
Janji itu dilontarkan Sambo sehari usai Yosua tewas, Sabtu (9/7). Uang tersebut diklaim eks pengacara tak pernah diterima Richard sepeser pun.
Kisah ada tembak-menembak di rumah Sambo masih senyap di kalangan wartawan kala itu. Barulah tiga hari kemudian, Senin (11/7), Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, melakukan konferensi pers untuk mendiseminasikan kebohongan Sambo.
Paginya, sebelum konferensi pers itu, Sambo sempat minta waktu kepada Komisioner Kompolnas Poengky Indarti untuk berdiskusi. Awalnya Poengky mengira bahwa diskusi itu adalah diskusi pekerjaan, lantaran Poengky adalah komisioner yang mengawasi satuan kerja Divisi Propam Polri dan biasa bermitra diskusi dengan Ferdy Sambo ihwal pembuatan arah bijak organisasi Bhayangkara itu.
Biasanya Kompolnas mengadakan rapat rutin setiap Senin pukul 10.00 WIB pagi. Namun pada tanggal 11 Juli, rapat ini ditiadakan lantaran banyak anggota yang sedang berdinas di luar kantor. Karena tak ada rapat itulah, Poengky menyanggupi undangan diskusi dari Sambo ke kantor Divisi Propam Mabes Polri.
Komisioner Kompolnas Poengky Indarti. Foto: Fanny Octavianus/ANTARA
“Bu Poengky ke sana, sampai di sana ternyata [Sambo] cerita tentang [dia] dizalimi, kemudian cerita mengenai ada masalah, sampai menangislah, yang membikin Bu Poengky terharu. Ada tembak-menembak, istrinya dilecehkan. Tidak tahunya ternyata sandiwara,” kata Wahyu.
Setelah adanya konferensi pers Kapolres Jaksel, barulah Poengky menyadari bahwa yang diceritakan Sambo adalah peristiwa penembakan Yosua. Cerita ini lalu dilaporkan ke sejawat dan Ketua Kompolnas yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM Mahfud MD.
“Jadi analisa Pak Mahfud, memang Pak Sambo itu membangun suasana psikologis seolah-olah dia itu korban,” kata jelas Wahyu.
Selain kepada Poengky, kata Wahyu, Sambo juga mendatangi sejumlah tokoh-tokoh masyarakat lain untuk menceritakan skenario tembak-menembak di rumahnya.
Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto saat memberikan pernyataan di Polda Bali, Rabu (13/7/2022).. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Rekayasa skenario terhadap pihak atau institusi eksternal di luar Polri juga diduga sempat dilakukan Sambo ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Setelah peristiwa penembakan Yosua, Putri mengajukan permohonan perlindungan ke LPSK pada 14 Juli 2022.
Rupanya, sehari sebelum itu, terjadi pertemuan antara dua petugas LPSK di kantor Sambo Divisi Propam Mabes Polri untuk berkoordinasi mengenai pemberian perlindungan dalam kasus ini. Usai pertemuan, dua petugas itu diberi amplop oleh orang yang diperkirakan Ketua LPSK Hasto Atmojo Suryo sebagai staf Irjen Ferdy Sambo.
“Itu disodori map, isinya amplop dua, warna coklat. Menurut dia [petugas LPSK yang menerima] tebal. Saya enggak tahu detailnya. Langsung ditolak, tidak tahu isinya apa, tetapi dalam bayangan staf ini ya pasti uang. Dia tidak berusaha mengetahui [isi amplop], karena dipikir ini tidak ada hubungannya dengan proses investigasi,” kata Hasto kepada kumparan, Jumat (19/8).
Kejanggalan pengajuan permohonan Putri kepada LPSK tak hanya soal sodoran amplop tersebut. Dalam dua sesi asesmen LPSK untuk menilai laiknya Putri diberi perlindungan, tak ada keterangan apa pun yang disampaikan Putri. Inilah yang membuat LPSK kemudian menilai ada itikad tidak baik dalam pengajuan permohonan perlindungan dari Putri.
Putri Candrawathi (kanan), istri Irjen Ferdy Sambo, datang menjenguk suaminya yang sedang diperiksa di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Minggu (7/8/2022). Foto: Retyan Sekar Nurani/kumparan
Pada kesempatan terpisah, Putri justru bersuara saat tengah mencoba menjenguk suami yang sedang ditempatkan di tempat khusus di Mako Brimob pada Sabtu (7/8). “Saya Putri bersama anak-anak saya mempercayai dan tulus mencintai suami saya,” kata Putri.
Kejanggalan lainnya, menurut Hasto, ialah adanya surat rekomendasi pemberian perlindungan ke Putri dari Polres Jakarta Selatan. LPSK mengaku menerima surat tersebut pada 20 Juli, akan tetapi surat itu dibuat tertanggal 9 Juli atau sehari setelah kejadian penembakan Yosua.
LPSK juga sempat mendapat tekanan dalam forum yang membahas penanganan kekerasan seksual kepada perempuan dan anak atas undangan Polda Metro Jaya pada 29 Juli 2022. Di forum yang dihadiri LPSK, Komnas Perempuan, dan berbagai LSM tersebut, rupanya muncul desakan dari Wadireskrimum Polda Metro Jaya AKBP Jerry R. Siagian agar LPSK segera memberikan perlindungan kepada Putri Candrawathi.
Dalam pernyataan di forum tersebut, Jerry menyebut bahwa LPSK terlalu banyak prosedur dalam menentukan status perlindungan Putri. Jerry mendesak agar prosedur status perlindungan Putri dipangkas sedikit, misalnya ihwal asesmen psikologi yang tak perlu dilakukan berkali-kali dari pihak penyidik, LPSK, hingga KPAI.
“Bisa tidak kita tunjuk psikolog yang kita percaya di sini agar menyampaikan satu hal, sehingga tidak tumpang-tindih untuk penanganan psikologis ke depan,” kata Jerry yang disadur dari notulensi LPSK dalam rapat tersebut.
Kini Jerry menjadi salah satu dari 35 polisi yang diperiksa dan ditempatkan di tempat khusus lantaran terkait dengan dugaan pelanggaran etik pada kasus penembakan Yosua.
Ilustrasi: kumparan
Dus, sejauh apa pun tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Begitu pula sepandai apa pun Sambo memuluskan skenario penembakan Yosua dari segala penjuru, ternyata terbongkar juga.
Kepada Komnas HAM, Sambo mengakui hal itu. Walau ia bisa mengendalikan kekuasaan di internal institusi, sampai-sampai 85 polisi diperiksa dan 35 di antaranya diduga melanggar kode etik karena mengikuti skenarionya, maka akan terbongkar juga jika penanganan kasusnya serius.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten