Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah melakukan sejumlah cara untuk mengantisipasi virus corona. Misalnya, melakukan uji lab untuk mengetahui seseorang positif terjangkit virus corona .
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, semakin hari, jumlah permintaan uji corona di Indonesia semakin tinggi. Sayangnya, hal tersebut belum diikuti penambahan tempat uji corona.
Saat ini, uji spesimen corona dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes di Jakarta. Tempat itu setiap saat menerima sampel uji corona dari banyak rumah sakit dari sejumlah wilayah RI.
Sebagai catatan, Balitbangkes Kemenkes memiliki kapasitas untuk memeriksa sekitar 1.700 sampel per hari. Kapasitas itu dianggap kurang mengakomodir sampel yang banyak dikirim dari sejumlah daerah.
Kondisi ini menuai kritik dari Anggota Komisi IX DPR, Dewi Aryani. Dia mengatakan, dengan wilayah yang luas, Kemenkes seharusnya memiliki alat pendeteksi corona yang lebih banyak.
Dewi memprediksi jumlah alat pendeteksi corona Kemenkes saat ini masih kurang, dan jumlah orang yang diambil sampelnya baru ratusan.
ADVERTISEMENT
Itu pun, menurutnya, mayoritas di Jawa. (Berdasarkan data Kemenkes per Selasa (10/3), jumlah yang diambil sampelnya sebanyak 694 orang). Padahal, sejumlah negara seperti Singapura hingga Korea, telah melakukan tes terhadap ribuan orang.
"Menkes sebaiknya jujur ada berapa jumlah alatnya dan berapa jumlah pasien yang sudah dites dalam beberapa waktu ini. Kita lihat Singapura, Korea, dan lain-lain, mereka sudah melakukan tes kepada puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang," kata Dewi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/3).
Pemerintah terus putar otak. Presiden Joko Widodo pada Jumat (13/3) membuka opsi mengembangkan laboratorium untuk uji spesimen corona di sejumlah tempat.
"Mengenai pengecekan, tadi sudah perintahkan ke Kemenkes agar lab di luar Balitbangkes bisa dilakukan," kata Presiden Jokowi di di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (13/3).
ADVERTISEMENT
Dia menyebut kemungkinan ada dua laboratorium lain yang akan dijadikan lokasi pengecekan sampel corona. Yakni di Universitas Airlangga, Surabaya, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta.
"Kelihatannya, mungkin Airlangga di Surabaya dan Eijkman," jelasnya.
Tak cuma Presiden Jokowi , Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengaku telah berkirim surat kepada Menkes Terawan Agus Putranto soal opsi penambahan fasilitas uji sampel corona.
"Kita berharap arahan Pak Presiden untuk koordinasi dengan daerah itu dilakukan juga dengan pengujian tidak dilakukan terpusat di Litbangkes (Kemenkes) saja, tapi juga bisa juga dilakukan di Jakarta," ujar Anies di Balai Kota, Jakarta.
Salah satu lab yang diajukan Anies adalah Labkesda DKI Jakarta. Menurutnya, laboratorium milik Pemprov DKI itu sudah memiliki standar yang layak untuk menjadi laboratorium pendamping.
ADVERTISEMENT
"Kami di Jakarta punya Labkesda DKI Jakarta, itu statusnya BSL 2 plus. Itu artinya bio safety levelnya 2 plus, dan ini bisa jadi lab pendamping," tambahnya.
"Penting sekali untuk segera dilakukan dan kami siap. Saya sudah kirimkan surat kepada Menteri Kesehatan untuk ini kita sedang menunggu keputusannya," kata dia.
Di daerah lain, yakni Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo meminta daerah bisa diikutsertakan lebih banyak dalam penanganan virus corona. Ia ingin pemda diizinkan untuk melakukan deteksi corona secara mandiri kepada para warganya.
Ganjar mengaku sudah menyiapkan protokol deteksi mandiri pada hasil swab atau spesimen pasien dalam pengawasan corona.
"Ini butuh keputusan nasional, saat ini kan tes ada di tiga tempat. Sebenarnya kita sudah menyiapkan," ujar Ganjar di Rumah Dinas Gubernur Jateng, Semarang.
ADVERTISEMENT
Ganjar menyebut, pihaknya sudah mensurvei dan mengaku siap membeli alat untuk menguji spesimen atau hasil swab pasien suspect corona.
"Alat itu enggak mahal. Kita sedang usulkan. Maka setiap daerah bisa mendeteksi dan penanganan terhadap pasien bisa lebih cepat," ucap Ganjar.
Penderita virus corona (COVID-19) di Indonesia melonjak drastis. Per Jumat (13/3), angka pasien bertambah 35 orang dari sebelumnya 34, sehingga menjadi 69 orang.