Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Menyulap Bahan Pembuat Bom Jadi Pupuk Tanaman
21 Januari 2017 10:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
![Pupuk cair dari bahan bom dikembangkan di Bekasi. (Foto: Istimewa)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1484967533/skqa8ty1mn7f5epqlhvl.jpg)
Bom beserta bahan pembuatannya, identik dengan sesuatu yang membahayakan dan mengancam keselamatan. Namun di tangan Aipda Sundoro, yang terjadi justru sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Sundoro menyulap bahan pembuatan bom menjadi lebih bermanfaat, yakni sebagai pupuk tanaman. Hasilnya pun berani diadu. Pupuk buatan polisi yang bertugas di satuan Provos Polsek Jatiasih, Bekasi ini efektif meningkatkan produktivitas pertanian. Harganya juga relatif lebih murah.
Sundoro mengaku mendapatkan ilmu tersebut berdasarkan pengalamannya sebagai anggota Anti Teror Bom (ATB) pada tahun 2001. ATB merupakan cikal-bakal Densus 88.
"Saya kan pegang data kandungan bom, saya lihat unsur-unsurnya kok ada kemiripan dengan pupuk. Dari situ lah saya mencoba riset sampai 2 tahun," kata Sundoro dalam perbincangan dengan kumparan, Sabtu (21/1).
![Ilustrasi Bom (Foto: Yagi Studio)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1482295022/sefvspt1z5f4vdl7na6d.jpg)
Sundoro mengaku sejak duduk di bangku SMA memang menyukai praktik laboratorium. Bereksperimen dengan berbagai unsur kimiawi bukanlah hal baru bagi pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini. Setelah berkali-kali melakukan uji coba, akhirnya dia mendapatkan komposisi yang pas dari unsur sulfur, asam nitrat, HNO3, asam fosfat TNT, ZINC dan urea untuk dijadikan pupuk tanaman.
ADVERTISEMENT
Sejumlah bahan kimia itu kemudian dicampur dengan bahan organik seperti kunyit, bawang putih dan air. Pencampuran dilakukan dengan mixer.
"Proses pembuatan, hingga menjadi pupuk siap pakai, hanya memerlukan waktu sekitar empat jam," kata Sundoro.
Eksperimen ini bukan tak mengalami kendala. Selama 2 tahun, Sundoro sudah mengalami kegagalan berkali-kali hingga tanamannya mati.
"Saya belajar otodidak. Ya awalnya gagal berkali-kali. Tanamannya ada yang gosong, rusak. Sampai 2 tahun baru berhasil," ujar Sundoro.
Sundoro menaburkan pupuk cair buatannya ke berbagai tanaman seperti buah naga, tomat dan cabai. Hasilnya seluruh tanaman tersebut cocok dengan pupuk racikannya itu. Jika dia biasanya menghabiskan jutaan rupiah untuk satu hektar, kini hanya butuh mengeluarkan Rp 500 ribu. Murah bukan?
ADVERTISEMENT
Namun Sundoro yang kala itu bertugas di Polda Metro Jaya belum berani mempublikasikan hasil temuannya. Dia khawatir ditegur oleh pimpinannya.
"Soalnya waktu itu polisi enggak boleh berbisnis," ujar bapak dua anak ini.
Baru pada tahun 2006 dia berani mengenalkan pupuk buatannya ke khalayak. Dia menyebarkan ke kalangan sekitar terlebih dahulu, seperti tetangga, kerabat dan teman.
Saat ini Sundoro masih memproduksi pupuk cair buatannya seorang diri. Setiap produksi maksimal menghasilkan 1.000 liter pupuk cair atau 1.000 botol. Dia sedang mencari partner untuk memperlancar bisnisnya tanpa mengurangi tanggung jawab sebagai polisi.
ADVERTISEMENT
"Kalau pupuk saya ini diproduksi massal, enggak ada yang susah lagi. Biayanya lebih murah, hasilnya juga maksimal," katanya.
Langkah Sundoro ini juga mendapat apresiasi dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Dia didukung untuk melanjutkan inovasinya tersebut.
"Makanya sekarang saya semakin mantap untuk melangkah melanjutkan bisnis ini," ujar Sundoro.