Menyulap Kampung Tongkol Jakarta Utara

23 Maret 2017 8:47 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kampung Tongkol sebelum dirombak. (Foto: Dok. Ina, warga Kampung Tongkol)
Banyak sampah, kali berwarna hitam pekat, gubuk reyot. Begitu kira-kira wajah Kampung Tongkol Jakarta Utara sebelum tahun 2015. Namun perlahan, warga menyulap kampung umuh tersebut menjadi lebih 'beradab'.
ADVERTISEMENT
Takut digusur membuat mereka berbenah. Mereka ingin menunjukkan keberadaan mereka bukanlah penyebab banjir menahun yang terjadi di sekitar Jakarta.
Kampung Tongkol adalah nama perkampungan yang terletak di jalan Tongkol, Ancol, Jakarta Utara itu dikenal. Perkampungan yang terletak di bantaran kali Ciliwung ini hampir menjadi target penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta pada Maret 2015 lalu.
Namun, semua itu berubah ketika salah seorang warga Kampung Tongkol yang bernama Gugun Muhammad berinisiatif untuk 'memotong' luas rumahnya untuk 'berbagi' dengan sungai . Ia bersama beberapa warga melakukan penataan terhadap kampung tempat tinggalnya itu.
Kampung Tongkol (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Dulu itu jarak dari rumah ke dinding batas sungai hanya satu atau dua meter. Atas kesepakatan dengan camat setempat, yang dipotong hanya lima meter dari pinggir sungai. Aksi bersama memotong rumah itu pun dimulai pada awal 2015. Menurutnya kala itu bahkan ada rumah yang benar-benar dibongkar karena lokasinya tepat di pinggir dinding sungai.
ADVERTISEMENT
"Motivasi buat mengatur kampung ini kembali adalah semangat dan kemauan warga karena kami nggak mau digusur oleh Pemprov," kata Ina, istri Gugun yang ditemui oleh kumparan (kumparan.com) pada Rabu (22/3). Kebetulan siang itu Gugun sedang tidak ada di rumah karena sedang kuliah di sebuah kampus di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.
Ina mengatakan, Gugun bersama beberapa warga melakukan renovasi rumah dengan cara merubah bentuk bangunan rumah. Bangunan rumah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran Sungai Ciliwung.
"Rancangan dan kegiatan renovasi banyak dibantu oleh berbagai pihak, ada dari Departemen Arsitektur UI, Komunitas Rujak, terus dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) jjuga ada," tuturnya.
Kampung Tongkol (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Setelah itu, dengan dibantu dana hibah sebesar Rp 160 juta dari LSM Urban Poor Consortium pada November 2015, mereka pun membangun Rumah Contoh. Ada dua Rumah Contoh yang telah dibangun di Kampung Tongkol.
ADVERTISEMENT
Ningrum, tetangga Gugun, menambahkan, pihak-pihak tersebut membantu warga menata ulang kampung. "Bantuannya ada macem-macem, ada yang bantu nyariin bahan bangunan, ada yang ngasih komposer, dan ada yang bantu nyariin dana," tutur Ningrum.
Bagaimana dengan sampah?
Kampung Tongkol lebih bersih setelah ditata (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
Untuk persoalan sampah, warga Kampung Tongkol mengaku tidak lagi membuangnya ke sungai.Di sepanjang permukiman, setiap 10 meter ada tong sampah bewarna hijau.
"Warga juga mengurangi sampah dengan tidak lagi belanja sayur pakai plastik," ucap Ningrum.
Kini, Kampung Tongkol tidak lagi terlihat kumuh dan pengap. Kampung Tongkol kini berubah menjadi suatu pemukiman yang asri dengan pepohonan dan rumah yang penuh warna.
Meski rumah-rumah mereka tetap berstatus ilegal, namun apakah mereka layak diberi kesempatan tinggal?
Perbedaan Kampung Tongkol dulu dan sekarang (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
ADVERTISEMENT