Menyusuri Jabal Nur, Menapaki Jejak Rasulullah di Gua Hiro

8 Juli 2023 15:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
ADVERTISEMENT
Langit masih gelap, ribuan orang sudah mulai menapaki jalan beraspal selebar 4 meter menuju Jabal Nur. Saat musim haji, lokasi ini memang jadi favorit untuk dikunjungi jemaah.
ADVERTISEMENT
Lokasinya sekitar 30 menit dari pusat Kota Makkah menuju kawasan Syisyah. Jemaah biasanya menggunakan taksi atau naik bus sebagai bagian dari paket travel haji yang membawa mereka.
Sampai di kawasan parkir kendaraan, jemaah harus berjalan kaki sejauh 200 meter. Jangan bayangkan jalannya datar ya, kemiringannya sekitar 60 derajat.
Ada pilihan taksi yang akan mengantar jemaah sampai ke tangga menuju puncak gunung. Harganya SAR 5 atau Rp 20 ribuan per orang.
Kiri kanan jalan dikelilingi rumah warga atau sejumlah warung yang menjual berbagai minuman, makanan, bahkan tongkat hiking.
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Pendakian dimulai dari anak tangga pertama. Tangga juga beralas batu, tidak rata, berliuk, dan tentu curam.
Jarak dari tangga pertama sampai ke puncak memang hanya sekitar 600 meter saja. Tapi, jalannya yang curam bikin napas "Senin-Kamis". Tingkat kemiringannya antara 45-75 derajat.
ADVERTISEMENT
Bila jalan santai, dari tanggal pertama sampai ke puncak membutuhkan waktu sekitar 1 jam sampai 1,5 jam. Tergantung seberapa sering istirahat untuk sekadar minum atau menghela napas.
Bila melihat sejenak ke belakang, ini memang belum ada apa-apanya dibanding saat Siti Khadijah bolak balik mengantarkan makanan untuk Nabi Muhammad SAW yang sedang berdoa dan menanti wahyu di Gua Hiro. Siti Khadijah bahkan harus berjalan 6 km dari rumah ke Gua Hiro.
Setibanya di puncak Jabal Nur, memang tidak terlihat Gua Hiro. Yang ada sejumlah warung yang menyediakan minuman, makanan ringan, dan beberapa cenderamata.
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Ada pula sejumlah jemaah yang sudah menggelar sajadah di bagian batu yang lumayan datar.
Sepanjang perjalanan, jemaah akan disuguhi pemandangan yang apik. Lampu rumah, jalanan kota, bahkan Zamzam Tower dan Masjidil Haram terlihat jelas dari sini.
ADVERTISEMENT
Jemaah biasa memilih waktu dini hari untuk naik ke Jabal Nur. Setelah sampai puncak, bisa mendengarkan lantunan azan Subuh dari berbagai masjid di Makkah.
Sejumlah jemaah bahkan ada juga yang azan di puncak Jabal Nur. Lalu dilanjutkan dengan menunaikan salat Subuh di area area yang cukup datar.
Lalu, di mana Gua Hiro berada?
Setelah sampai puncak, jemaah bisa berjalan lagi ke arah Zamzam Tower atau sisi Barat. Ada tangga menurun yang menuntut jemaah menuju Gua Hiro.
Namun, di masa ini jemaah harus bersabar menunggu. Karena antrean sangat panjang dan padat. Ukuran gua yang kecil tak sebanding dengan jemaah yang ingin melihat, bahkan salat di gua itu.
"Tadi berhasil sampai depan. Sudah enggak masuk, sudah padat," kata seorang jemaah haji, Anton, Sabtu (8/7).
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Nurzaman, jemaah lainnya mengatakan dirinya urung ke Gua Hiro karena padat. Dia memilih melihat dari kejauhan.
ADVERTISEMENT
"Padat banget, lihat dari sini saja," kata Nur sambil mengambil sejumlah foto dari sisi pagar puncak Jabal Nur.
Gua Hiro merupakan tempat pertama kali Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril. Wahyu pertama yang diterima yakni Surat Al-Alaq ayat 1-5.
Jemaah biasa ingin melihat langsung kondisi Gua Hiro yang sangat bersejarah itu.
Tak cukup hanya ke Gua Hiro atau salat Subuh di sana. Jemaah juga biasanya menunggu matahari terbit di sisi timur Jabal Nur.
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan
Ada sejumlah batu datar yang biasa dipakai jemaah untuk mengabadikan momen itu. Setelah itu baru turun gunung.
Turun dari Jabal Nur tak kalah menantang dari saat menanjak. Bila saat menanjak jemaah harus menyiapkan paha dan betis, saat turun jemaah harus menahan dengan lutut.
ADVERTISEMENT
Biasanya jalan akan tersendat karena harus berpapasan dengan jemaah dari negara lain yang baru mulai menanjak. Dan, jumlahnya semakin banyak.
Agar bisa sampai ke puncak dan turun kembali, jangan malu untuk beristirahat di sisi jalan yang agak luas. Jemaah bisa mengatur napas, minum, atau mengumpulkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan.
Di balik keindahan Jabal Nur dan berbagai kisah yang menemaninya, ada hal yang disayangkan. Sampah botol plastik bertebaran di mana-mana. Ada pula pedagang kaki lima yang membawa anak-anak yang masih kecil.
Menyusuri Jabal Nur, menapaki jejak Rasulullah di Gua Hiro. Foto: Ahmad Romadoni/kumparan