Meraup Pundi-pundi Rupiah dari Hujan

18 November 2017 21:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ojek payung di Lenteng Agung (Foto: Seojono Eben Ezer/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ojek payung di Lenteng Agung (Foto: Seojono Eben Ezer/kumparan)
ADVERTISEMENT
Musim penghujan yang mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini memunculkan sejumlah polemik. Tidak bisa dipungkiri, musim hujan bagi warga Jakarta setidaknya memunculkan banjir, kemacetan dimana-mana, dan sampah yang menumpuk ketika air sudah mulai surut.
ADVERTISEMENT
Di saat-saat hampir keseluruhan orang meradang karena musim hujan serta efek musim hujan yang begitu kompleks, ternyata ada sebagian orang yang merindukan dan memanfaatkan hujan sebagai berkah,rezeki dan mata pencaharian yaitu dengan menjual layanan sebagai ojek payung.
Sekelompok Anak-anak kecil usia belasan tahun adalah golongan yang menjadi aktor ojek payung di Jakarta. Jasa layanan mereka biasanya dapat dinikmati di stasiun -stasiun kereta, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan stasiun bus. Mereka ini bisa disebut penggemar hujan dan pecinta hujan karena lewat hujan mereka dapat rejeki tambahan bahkan mampu membantu orangtua dari segi finansial.
Dari sekian banyak lokasi anak-anak penyedia Jasa ojek payung di Jakarta, salah satu lokasi layanan jasa ojek payung yang mudah ditemui berada di Stasiun Lenteng Agung, Jakarta selatan. Tepat pada Sabtu, (18/11) pukul 19:20 saat hujan turun, anak-anak belasan tahun ini sudah berkumpul di depan stasiun untuk memberikan jasa ojek payung mereka kepada pengguna KRL.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar anak-anak kecil tersebut adalah pelajar. Mereka biasanya menunggu di depan pintu keluar stasiun sembari menawarkan jasa ojek payung mereka. Tidak ada istilah Antre-antrean seperti layaknya ojek motor dan Angkot atau Kopaja pada umumnya.
Cukup modal 1-2 buah payung per orang mereka berlomba lomba berebut pelanggan yang datang menghampiri. Payung siapa yang pertama ditangkap oleh para penumpang KRL maka jasanya lah yang dipakai. Pada umumnya mereka memasang tarif Rp 5.000 untuk jasa ojek payung mereka walaupun terkadang ada yang memberi sukarela dan ada juga yang memberi lebih dari tarif yang mereka pasang.
Ojek payung di Lenteng Agung (Foto: Seojono Eben Ezer/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ojek payung di Lenteng Agung (Foto: Seojono Eben Ezer/kumparan)
Saat disinggung mengenai penghasilan salah satu di antara mereka menuturkan bahwa penghasilan itu sesuai durasi lamanya hujan.
ADVERTISEMENT
"Kalau penghasilan ya tergantung hujannya bang, kalau cuman sebentar ya dapat sedikit, kalau hujannya lama ya saya dapat lumayan. Kadang Rp 20.000 kalau ujannya bentar, kalau lama bisa juga Rp 100.000." tutur Taufik yang masih setia menunggu pelanggan walau hujan sudah reda.
Disinggung soal risiko atas pekerjaan, mereka menuturkan bahwa hujan merupakan sahabat bagi mereka.
"Tidak pernah sakit bang,walau kita basah kuyup kita sehat aja kita juga senang kalo main hujan. Besoknya saya juga bisa sekolah kok" imbuh Taufik
Untuk hasil ojek payung mereka mengaku memberi sepenuhnya pada orang tua.
"Uangnya dikasi sama orangtua bang, paling kita besok ke sekolah diberi jajan tambahan karena kita nge-ojek" tutur Taufik.
ADVERTISEMENT
Namun situasi ini harus menjadi PR bagi orangtua dan Pemerintah DKI. Satu sisi mereka memang adalah anak-anak hebat yang sudah mampu memberi bantuan kepada orang banyak terutama kepada orang tua. Namun di sisi -sisi lain hal ini seharusnya dapat menyadarkan orang tua bahwa tak seharusnya anak-anak dibiarkan melakukan pekerjaan seperti ini.
Di saat anak-anak lain berada ditempat yang hangat dan terlindung dari hujan, mereka malah rela berhujan-hujanan dan kedinginan demi orangtua dan keterbatasan ekonomi.
reporter: Soezono