Meraup Rezeki dan Mencari Berkah di Kebun Binatang Ragunan

11 Mei 2025 12:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, Minggu (11/5/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan, Minggu (11/5/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan tampak meriah sejak Minggu (11/5) pagi. Momen libur panjang yang berlangsung hingga Selasa membuat kebun binatang ini kembali menjadi destinasi favorit warga Ibu Kota dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pantauan di lokasi, jalan menuju pintu masuk utara Ragunan dipadati kendaraan. Parkiran motor bahkan mengular hingga ke luar area. Meski demikian, antrean pengunjung di loket masuk tampak lancar, tanpa penumpukan berarti.
Di dalam, pengunjung didominasi oleh keluarga. Beberapa tampak membawa anak-anak dan menggelar tikar di bawah rindangnya pohon. Di tengah keramaian itulah, para pedagang memanfaatkan momen untuk mencari rezeki.
kumparan berbincang dengan beberapa dari mereka—menyimak kisah di balik wajah-wajah yang setia menyambut para wisatawan saban akhir pekan.
Di depan kandang gajah, seorang pria paruh baya terlihat mendorong boks es krim warna-warni. Ia adalah Wahyu, 72 tahun, yang sudah dua tahun terakhir berjualan es krim di Ragunan.
“Rame ini, masuknya rame,” kata Wahyu saat ditanya soal keramaian pengunjung pagi itu.
Pedagang di Area Kebun Binatang Ragunan, Minggu (11/5/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Merek es krim yang ia jual, katanya, sudah 20 tahun eksis di kawasan ini. Namun, Wahyu sendiri mengaku baru dua tahun bergabung melalui perusahaan yang memegang izin resmi.
ADVERTISEMENT
“Tergantung, bisa lebih bisa kurang, tergantung ramai apa nggak,” jelasnya saat ditanya pedapatannya.
Hari-hari libur panjang seperti ini biasanya cukup menguntungkan. “Ini juga termasuknya ramai sih, udah dua kali es diisi.”
Wahyu tidak setiap hari berjualan. Ia hanya datang saat tanggal merah atau akhir pekan.
“Saya kalau lagi libur aja. Kalau di rumah saya nggak bisa diem mas,” ucapnya sembari tersenyum.
Bukan soal uang semata, Wahyu mengaku berjualan untuk menjaga tubuhnya tetap aktif.
“Cari kegiatan aja, emang saya bisa diem kalau di rumah. Biasanya kalau nggak jualan ya ada aja yang dikerjain di rumah. Nyapulah, apa lah. Hasil di sini juga lumayanlah untuk uang jajan. Kalau diem aja mah jadi gampang sakit, nggak sehat.”
ADVERTISEMENT
Wahyu yang tinggal di Kebagusan, Jakarta Selatan, mengaku sudah pensiun setelah 35 tahun bekerja di swasta.
“Anak saya lima, terakhir cucu baru lulus SMA,” katanya bangga.
Pedagang di Area Kebun Binatang Ragunan, Minggu (11/5/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Tak jauh dari tempat Wahyu berdagang, Ida (55) terlihat sibuk menyiapkan pecel di lapak kecilnya. Satu porsi pecel ia jual seharga Rp 15 ribu.
“Alhamdulillah rame,” ujarnya saat ditanya soal kondisi pagi itu. Sudah lima tahun ia berjualan di sekitar kandang gajah—salah satu area favorit pengunjung.
Meski dulu bisa berjualan lebih bebas, kini para pedagang harus memiliki izin resmi dari pengelola.
“Iya izin, nanti dapat kartunya. Nggak boleh lagi jualan sembarangan. Sekarang paling di area sekitar sini aja yang ramai orang jualan,” kata Ida.
ADVERTISEMENT
Ia tidak setiap hari membuka lapak di Ragunan. Saat tidak ke Ragunan, ia biasanya berjualan di rumah.
“Saya tinggal di sekitar sini juga, deket,” katanya.
Jika sedang ramai seperti hari ini, Ida bisa mengantongi penghasilan lebih dari Rp 500 ribu.
“Oh iya sekalian Rp 10 ribu kalau mau makan sambil duduk-duduk bisa di belakang,” ujarnya menawarkan sewa tikar sambil tersenyum.
Berkah Penjual Mainan
Rohmat (60), penjual mainan, juga menikmati berkah long weekend. Ia menawarkan balon-balon dan mainan tembakan dengan harga mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu.
“Dari 2018, nggak lama COVID ini 2-3 tahun ke belakang baru jualan lagi,” ujar pria asal Jawa yang kini menetap di Jakarta.
Pedagang di Area Kebun Binatang Ragunan, Minggu (11/5/2025). Foto: Rayyan Farhansyah/kumparan
Rohmat menyebut saat ini para pedagang harus lebih tertib karena sistem izin diterapkan oleh pengelola.
ADVERTISEMENT
“Iya ke pengelola, nggak bisa main masuk terus jualan sekarang. Bayar per bulan Rp 300 ribu,” jelasnya.
Hari-hari ramai seperti ini bisa sangat menguntungkan. “Di atas Rp 500 bisa lah. Lebaran kemarin tuh gede, satu jutaan ada kali saya megang,” kata Rohmat sambil tersenyum puas.
Sebelum menjadi pedagang mainan, ia pernah bekerja sebagai sopir dan sempat membuka usaha kecil. Kini, berjualan di Ragunan menjadi cara untuk tetap produktif.
Di tengah riuh rendah tawa anak-anak dan hiruk pikuk pengunjung, para pedagang ini tetap bekerja. Di balik es krim, pecel, dan mainan yang mereka jual, terselip kisah kerja keras dan semangat menjaga agar hidup tetap berarti.