Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mereka yang Pindah Partai untuk Nyaleg di Pileg 2019
18 Juli 2018 8:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Pendaftaran bacaleg untuk Pileg 2019 sudah berakhir. Sejumlah partai politik telah mendaftarkan kader-kadernya untuk bertarung di pileg.
ADVERTISEMENT
Ada hal menarik dari pendaftaran bacaleg ini, yaitu banyaknya politisi yang memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai bacaleg dengan pindah ke partai lain. Siapa saja mereka? Berikut telah kumparan rangkum politisi yang pindah partai untuk nyaleg di Pileg 2019.
1. Yusuf Supendi

Yusuf Supendi dikenal sebagai pendiri Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Yusuf pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009.
Setahun kemudian, tepatnya tahun 2010, Yusuf dipecat dari PKS waktu ia menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Syariah PKS. Kini, Yusuf mendaftar sebagai caleg dari PDIP. Yusuf beralasan, ia memilih partai berlambang moncong banteng tersebut lantaran banyak pemilih PDIP adalah santri.
"Saya amati di lapangan dan membaca laporan riset yang berwibawa, misal dari Saiful Mujani, pemilih PDIP itu 70 persen kaum santri, muslimin yang taat beragama," kata Yusuf dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Selasa (17/7).
ADVERTISEMENT
Yusuf pun mengaku ingin mengubah persepsi PDIP sebagai partai komunis China, partai PKI, dan partai setan.
2. Dadang Rusdiana

Mantan Wasekjen Partai Hanura Dadang Rusdiana memutuskan untuk nyaleg melalui Partai NasDem. Keputusan Dadang untuk pindah partai salah satunya disebabkan konflik internal Hanura yang belum usai, padahal PTUN telah memutuskan kubu Syarifuddin Sudding yang menang.
Hal ini pulalah yang menyebabkan beberapa kader, termasuk Dadang, memilih untuk pindah partai daripada terus berada di pusaran konflik.
"Bagi kita, ketenangan batin dan kenyamanan itu segalanya, dibanding dengan jabatan. Kita lebih baik hijrah daripada kita terus menerus berada di pusaran konflik," kata Dadang di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat.
Dadang memutuskan untuk pindah ke NasDem karena slogan politik tanpa mahar yang diutus partai yang diketuai Surya Paloh itu. Menurutnya, hal itu yg menjadikan NasDem berbeda dari partai-partai lain.
ADVERTISEMENT
"NasDem political tag-nya bagus, politik tanpa mahar. Itu menarik, beda dengan partai lain," jelasnya.
3. Arief Suditomo

Kader Partai Hanura lain yang memutuskan untuk pindah partai adalah Arief Suditomo. Arief mengawali kariernya sebagai pembawa berita di SCTV, lalu pindah ke RCTI.
Ia kemudian terjun ke dunia politik lewat Hanura. Ia sempat menjadi anggota Komisi VIII DPR sebelum akhirnya pindah menjadi anggota Komisi I. Arief kini bergabung dengan NasDem untuk Pileg 2019.
4. Rufinus Hotmaulana Hutahuruk

Rufinus menjabat sebagai Ketua DPP Hanura sebelum pindah ke Partai NasDem. Rufinus merupakan salah satu kader Hanura yang berada di kubu Syarifuddin Sudding ketika konflik internal masih memanas di Hanura.
Rufinus sebelumnya memulai karier politiknya dengan menjadi kader Partai Golkar dari 1980 hingga 2007. Pada tahun 2007, Rufinus memutuskan pindah ke Hanura.
ADVERTISEMENT
5. Dossy Iskandar

Dossy sebelumnya memegang jabatan yang cukup penting di Partai Hanura, yaitu Ketua Fraksi Partai Hanura. Dossy juga merupakan salah satu kader Hanura yang memutuskan untuk pindah ke Partai NasDem.
Sama seperti Rufinus, Dossy juga berada di kubu Syarifuddin Sudding ketika konflik internal masih memanas di Hanura.
6. Fauzi Amro

Fauzi merupakan mantan kader Partai Hanura yang menjabat sebagai anggota Komisi IX DPR RI. Ia terpilih menjadi anggota DPR dari dapil Sumatera Selatan I.
Sama seperti rekan-rekannya yang lain, Fauzi memutuskan untuk pindah dari Hanura ke Partai NasDem untuk nyaleg di Pileg 2019.
Di DPR, Fauzi juga menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi Hanura.
7. Sarifuddin Sudding

Sarifuddin yang dulunya merupakan Sekjen Partai Hanura kini hijrah ke PAN. Ia memutuskan untuk nyaleg dari PAN. Hal ini ditegaskan oleh Ketua DPP PAN Yandri Susanto.
ADVERTISEMENT
"Ada Sarifuddin Sudding, ada beberapalah kalau saya sebutkan banyak sekali," kata Yandri di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Di Hanura, Sarifuddin merupakan orang yang mendukung lengsernya kepemimpinan Oesman Sapta Odang (OSO). Bahkan ketika itu, kepemimpinan di Hanura sempat terpecah menjadi dua kubu.
PTUN juga telah memutuskan untuk memenangkan gugatan kubu Sarifuddin mengenai kepemimpinan di Hanura.
8. Haji Lulung

Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana maju sebagai caleg dari PAN. Padahal sebelumnya, Haji Lulung --sapaan Abraham Lunggana-- merupakan kader PPP.
Di PPP juga sempat terjadi dualisme kepemimpinan antara Romahurmuziy dan Djan Faridz. Lulung merupakan salah satu kader yang berada di kubu Djan Faridz saat awal konflik terjadi.
Lulung kemudian dipecat oleh PPP karena dinilai tidak mematuhi keputusan partai untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat pada Pilgub DKI 2017. Lulung diketahui lebih memilih mendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
ADVERTISEMENT
Lulung sempat memberikan sinyal akan bergabung dengan PAN. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan juga sempat memberi sinyal bahwa Lulung akan bergabung dengan partainya dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
"Tanda-tanda sudah jelas, tinggal waktunya. Cari hari baik," kata Zulkifli di Masjid At-Tin, Taman Mini, Jakarta Timur, Minggu (17/6).
Kini Lulung nyaleg sebagai kader PAN dari dapil DKI III.