Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Sejak Israel mendeklarasikan kemerdekaan pada 1948, Indonesia tak pernah mengakui entitas Negeri Zionis tersebut. Solidaritas dan dukungan kepada Palestina yang diduduki Israel jadi landasannya.
ADVERTISEMENT
Sikap solidaritas semacam itu sudah tercermin sejak era Bung Karno. Bapak bangsa itu dalam sejarah tak pernah mengakui Israel. Bahkan tak mau bertanding sepak bola di markas negara Zionis itu.
Akibatnya, RI kehilangan kesempatan mentas di Piala Dunia 1958. Indonesia juga mendepak Israel dari Asian Games 1962 yang dihelat di Jakarta.
Sikap Indonesia ke Israel seperti itu dilanjutkan para pemimpin Indonesia berikutnya. Akan tetapi ada beberapa tokoh Indonesia yang sempat mempunyai kisah tersendiri dengan pemerintah maupun tokoh Israel.
Siapa saja mereka?
LB Moerdani
Hubungan Indonesia memang tak pernah resmi terjalin secara diplomatik. Namun, Indonesia pernah menjalin hubungan dagang terkait alat utama sistem persenjataan secara diam-diam.
Perdagangan tersebut dibalut melalui sebuah operasi intelijen yang dinamai Operasi Alpha pada 1978. Operasi itu pada dasarnya mengeksekusi kesepakatan pembelian 28 pesawat Skyhawk dan 11 Helikopter dari Israel Defense Force (tentara Israel).
ADVERTISEMENT
Dalam sumber lain, Jim Winchester dalam buku Douglas A-4 Skyhawk: Attack and Close Support Fighter Bomber (2005) menyebut Indonesia membeli 32 pesawat Skyhawk dari kelebihan stok Israel tahun 1977 and 1985.
"Pada 1982, Indonesia menguak telah melakukan kesepakatan (dengan Israel) melalui pihak ketiga, AS tak disebut jadi pihak ketiga itu namun tersirat dugaan ke arah sana," tulis Greg Barton and Colin Rubenstein dalam jurnal Jewish Political Studies Review (2005).
Operasi itu diarsiteki Kepala BAIS ABRI Mayjen L. Benny Moerdani . Ia juga memberi perintah mengirim 10 pilot untuk dilatih di Israel menggunakan pesawat Skyhawk. Ia menekankan misi itu rahasia dan jika gagal RI mengancam tak akui kewarganegaraan mereka.
Benny memiliki jaringan kontak dengan Israel melalui tangan kanannya, Teddy Rusdy. Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno dalam tulisannya di kumparan berjudul "Cerita di Seribu Hari Teddy Rusdy" menyebut peran Teddy.
ADVERTISEMENT
"Pada 1978, ia (Teddy) oleh Benny diminta menjalankan operasi intelijen Proyek Alpha yang rumit antar-negara, tetapi akhirnya sukses membuat pemerintah Israel menyetujui penjualan 30 buah pesawat A-4E Skyhawk kepada Pemerintah RI dan pelatihan penerbangnya," kata Try.
Sebagai catatan, Benny tak pernah mengungkap mengenai operasi ini hingga akhir hayatnya.
Soeharto
Jika kontak Benny dengan Israel tak secara langsung terjadi, sejarah mencatat Soeharto sebagai pemimpin Indonesia yang langsung bertemu pemimpin Israel. Setidaknya, Soeharto sudah bertemu Perdana Menteri Yitzhak Rabin langsung 2 kali.
Pertama, yakni saat kunjungan Rabin ke Jakarta tahun 1993. Kala itu, Rabin habis berkunjung dari Beijing, China. Sepulangnya dari sana Rabin dan rombongannya "mampir" ke Jakarta untuk bertemu Soeharto.
ADVERTISEMENT
Kunjungan ini berlangsung secara mendadak lantaran pesan rencana kedatangan Rabin disampaikan saat ia sedang berada di Beijing. Pesan itu sempat beberapa kali dikonfirmasi oleh pihak intelijen Indonesia dengan rencana pesawat rombongan mendarat pukul 14.00 dan kembali lepas landas 16.00.
Setelah pertemuan yang berlangsung tertutup selama kurang lebih sejam di kediaman resmi presiden, Rabin menjelaskan kepada media bahwa ia menemui Soeharto dalam kapasitas sebagai Ketua Negara Non Blok.
"Sangat penting untuk memberi tahu (negara-negara non blok) tentang kesempatan kerja sama dengan Israel. Adalah perlu untuk menggalang dukungan juga terkait proses perdamaian dan dukungan bilateral dari negara-negara non blok ini," kata Rabin mengutip dari pemberitaan AP, 15 Oktober 1993.
Mensesneg Moerdiono lalu menjelaskan bahwa pertemuan itu tak mengindikasikan Indonesia mempertimbangkan membangun hubungan diplomatik dengan Israel dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Adapun pertemuan kedua Rabin dengan Soeharto terjadi di lantai 41 Hotel Waldorf Towers, New York. Kala itu pemimpin negara dunia sedang menghadiri peringatan 50 tahun PBB. Lagi-lagi pertemuan ini atas inisiatif Rabin.
Pertemuan kedua Soeharto dan Rabin sempat berbuah insiden. Diawali ketika pengawal Rabin tak memperbolehkan Paspampres masuk satu lift dengan Rabin kala menuju lantai 41 hotel, tempat Presiden Soeharto menginap.
Kedua pengawal saling bersitegang. Puncaknya, ketika pengawal Rabin dan paspampres saling todong moncong bedil di hadapan Perdana Menteri Israel itu. Meski demikian ketegangan berakhir setelah Paspampres turut diperbolehkan masuk ke dalam lift.
Rupanya, Moerdiono mengungkap bahwa pertemuan itu dalam rangka membahas kelanjutan pembicaraan yang pernah disampaikan Rabin di Jakarta tahun 1993. Berkaitan dengan perdamaian Timur Tengah, khususnya konflik Israel Palestina.
ADVERTISEMENT
Gus Dur
Sosok Presiden Keempat Abdurrahman Wahid barangkali yang paling menuai kontroversi. Bahkan, sebelum menjadi presiden pun, kiai yang akrab disapa Gus Dur ini sudah 'merapat' berkunjung ke Israel tahun 1994.
Kala itu Gus Dur berkunjung ke Yerusalem atas undangan PM Yitzhak Rabin. Ia bersama penulis pidato Suharto, Djohan Effendi, diminta menyaksikan penandatangan kesepakatan damai dengan Yordania.
"Ketika Abdurrahman Wahid sendiri menjadi presiden pada tahun 1999, dia menjadikan normalisasi hubungan Indonesia-Israel sebagai tujuan pribadinya," terang Greg Barton and Colin Rubenstein dalam artikel jurnal berjudul "Indonesia and Israel: A Relationship in Waiting".
Gus Dur sempat melontarkan ide betapa pentingnya menjalin hubungan dengan Israel. Meski demikian, ide itu tak pelak mendapat tentangan keras masyarakat Indonesia yang selama ini selalu dekat dengan Palestina.
Gagasan Gus Dur untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel kandas. Namun ia berhasil meresmikan meresmikan hubungan perdagangan dengan Israel melalui Surat Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001.
ADVERTISEMENT
Selain bertemu PM Rabin sebelum menjadi presiden, Gus Dur juga sempat bertemu PM Shimon Peres di Jakarta tahun 2000. Bahkan kedatangan Peres didahului oleh kedatangan Pemimpin Palestina Yasser Arafat dalam rentang waktu kurang dalam 24 jam. Gus Dur membicarakan usulan penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Karena kedekatan Gus Dur dengan pemimpin negara Zionis itulah, media Israel Haaretz pada wawancara khusus dengan Gus Dur di 2004 menjulukinya sebagai "Teman Israel dari Dunia Islam".
Media itu setidaknya mencatat sudah 6 kali Gus Dur ke Israel. Selain kunjungan sebagai ulama NU, ia juga aktif menjadi tamu cendekiawan di Elijah Institute for the Study of World Religions, Peres Center for Peace.
"Menurut saya ada kesalahan persepsi bahwa Islam ada pertentangan dengan Israel. Hal ini terjadi lantaran propaganda Arab. Kita harus membedakan antara Arab dan Islam," kata Gus Dur menjawab pertanyaan Haaretz.
ADVERTISEMENT