Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Meresapi Perjuangan Diplomasi lewat Museum Naskah Proklamasi
16 Agustus 2017 14:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-72 Republik Indonesia, tidak ada salahnya Anda mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum dua lantai yang terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat, ini dapat menjadi destinasi yang tepat bagi Anda untuk napak tilas detik-detik kemerdekaan Bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari luar, museum ini seperti rumah bergaya arsitektur Eropa dengan pintu dan jendela yang panjang. Meskipun telah mengalami pemugaran total, pengurus museum tetap ingin menjaga keaslian bentuk rumah yang dulunya milik Kepala Kantor Perhubungan Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang, Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Menurut sejarah, Laksamana Maeda meminjamkan rumah sekaligus kantornya ini sebagai tempat bagi para tokoh pejuang kemerdekaan merumuskan teks proklamasi. "Museum kami awalnya merupakan rumah bersejarah, maka rumah ini menyangkut peristiwa yang ada di dalamnya, yaitu perumusan naskah proklamasi. Saat itu rumah ini milik Laksamana Maeda," kata ahli sejarah Ari Suryanto di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Rabu (16/8).
Pada 1984 atas prakarsa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, rumah bersejarah ini dijadikan museum dan mulai dilakukan pemugaran. "Penataan museum berdasarkan penelitian yang didapatkan dari kepala staf rumah tangga Laksamana Maeda saat itu. Ia memiliki catatan dan sketsa dari rumah saat itu dan kita buat replikanya semirip mungkin," kata Ari.
ADVERTISEMENT
Lantai satu yang merupakan kantor Laksamana Maeda memiliki empat ruangan bersejarah, yaitu ruang pertemuan, ruang perumusan naskah, ruang pengetikan naskah, lalu ruang pengesahan naskah proklamasi. Masing-masing ruangan dilengkapi dengan replika furnitur, tokoh proklamasi, serta poster-poster yang menjelaskan dan menggambarkan ilustrasi peristiwa bersejarah.
Sekadar saran agar memahami kronologi peristiwa secara utuh, ruangan yang mesti Anda tengok terlebih dahulu adalah ruang pertemuan. Di sini, dwitunggal Sukarno-Hatta, dan Achmad Soebardjo meminta izin meminjam rumah Laksamana Maeda untuk menyusun naskah proklamasi. Laksamana Maeda kemudian mengizinkan, namun tidak ingin ikut campur dan langsung naik ke kamarnya di lantai atas.
Dari ruangan ini, Anda dapat menuju ke ruang perumusan yang ada di sebelahnya. Ruangan ini merupakan tempat dirumuskannya naskah proklamasi oleh Sukarno-Hatta, dan Achmad Soebardjo hingga menjelang pukul 03.00 WIB. Naskah proklamasi yang dibuat ketiganya penuh dengan coretan dan dipajang replikanya dalam sebuah figura di museum ini.
ADVERTISEMENT
Figur para pembuat naskah proklamasi tersebut juga dibuat replikanya. Sukarno tampak duduk di ujung meja, sedang menulis naskah, sementara Hatta dan Achmad Soebardjo duduk di sampingnya memberi masukan.
Setelah naskah jadi, Sukarno membacakan naskah tersebut di ruang pengesahan yang ada di seberang ruangan perumusan. Hadirin yang ada di ruangan saat itu sekitar 40-50 orang dan mereka setuju dengan naskah yang dibuat. Maka Soekarno meminta Sayuti Melik mengetik naskah itu.
Di ruangan kecil di belakang terdapat ruang pengesahan yang di dalamnya ada replika Sayuti Melik yang ditemani BM Diah saat menyelesaikan naskah proklamasi. Figur Sayuti Melik di depan mesin tik dan BM Diah yang berdiri di sampingnya.
Naskah yang sudah diketik itu kemudian dibawa ke ruang pengesahan untuk ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta, mewakili bangsa Indonesia. Sukarno menandatanganinya di atas piano yang ada di ruangan pengesahan. Maka selain meja panjang dan foto-foto tokoh yang hadir saat itu, pengurus museum juga meletakan sebuah piano di sebelah tangga.
ADVERTISEMENT
Naik ke lantai dua, Ari menjelaskan, pengunjung dapat melihat serangkaian poster-poster yang menceritakan dan menggambarkan ilustrasi peristiwa sejarah lainnya. "Koleksi di lantai 2 secara story line tidak berkaitan dengan perumusan naskah proklamasi, tapi kita jadikan ruang pamer peristiwa bersejarah dari jaman masukknya Jepang hingga Indonesia kembali ke negara kesatuan," kata Ari.
Tempat yang menjadi saksi sejarah kemerdekaan Indonesia dapat Anda kunjungi setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB, kecuali pada libur nasional. Tiket masuknya pun tergolong murah, yaitu Rp 2.000 untuk dewasa, Rp 500 untuk anak-anak, dan Rp 10.000 untuk warga negara asing.
Menjelang hari kemerdekaan Indonesia, museum ini punya banyak acara kemeriahan, yaitu lomba-lomba, pertunjukan musik dan teater, bazar makanan Indonesia, dan jalan santai ke Tugu Proklamasi.
ADVERTISEMENT
Selamat mengenang perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia!