Merespons Barat, Putin Akan Tempatkan Senjata Nuklir Taktis di Belarusia

26 Maret 2023 2:59 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federal di Moskow, Rusia, Rabu (21/2/2023). Foto: Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato tahunannya kepada Majelis Federal di Moskow, Rusia, Rabu (21/2/2023). Foto: Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menegaskan pihaknya akan menempatkan senjata nuklir taktis di negara sekutunya, Belarusia. Langkah ini merespons pergerakan yang dilakukan Barat terkait perang di Ukraina.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada yang aneh di sini juga: Amerika Serikat telah melakukan ini selama beberapa dekade. Mereka telah lama menempatkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah sekutu mereka,โ€ kata Putin pada Sabtu (25/3) dikutip dari AFP.
Putin mengatakan dia telah berbicara dengan pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko dan mengatakan "kami setuju bahwa kami melakukan hal yang sama."
Selain nuklir taktis, Putin juga mengatakan pihaknya akan mengerahkan amunisi depleted uranium jika Kiev menerima amunisi serupa dari Barat. Inggris berencana memasok amunisi penembus lapis baja itu ke Ukraina.
Depleted uranium merupakan produk amunisi sampingan dari proses pengayaan nuklir yang digunakan untuk membuat bahan bakar nuklir atau senjata nuklir. Senjata ini masih memiliki radioaktif, meski lebih rendah dari senjata nukir. Depleted uranium dapat membantu peluru dengan mudah menembus baja.
ADVERTISEMENT
Putin mengatakan, Rusia juga punya persenjataan depleted uranium dalam jumlah yang besar.
"Rusia tentu memiliki apa yang perlu dijawab. Tanpa melebih-lebihkan, kami memiliki ratusan ribu peluru seperti itu. Kami belum menggunakannya,โ€ kata Putin dalam sebuah wawancara di televisi Rusia.
Sekuat Apa Senjata Nuklir Taktis?
Dikutip dari laporan CBS News, senjata nuklir taktis kadang disebut sebagai 'nuklir kecil'. Namun senjata ini tetap menyebabkan kematian dan kehancuran yang besar. Senjata ini dirancang untuk serangan terbatas terhadap target spesifik yang relatif dekat, bukan untuk jarak jauh.
Daya ledak senjata nuklir taktis dapat berkisar dari antara satu kiloton hingga sekitar 100 kiloton, sedangkan senjata nuklir strategis dapat menghasilkan hingga seribu kiloton. Bom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 berkekuatan antara 12 dan 21 kiloton.
ADVERTISEMENT
Artinya, senjata nuklir taktis ini bisa lebih kuat dibandingkan bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Senjata nuklir taktis dapat memiliki hasil yang sama atau lebih besar, hingga beberapa kali lebih kuat dari bom Nagasaki. Namun seringkali berukuran lebih kecil dan lebih portabel. Misalnya, selama Perang Dingin, Uni Soviet mengembangkan perangkat yang cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam wadah seukuran koper.
Masih dalam laporan yang sama, senjata ini belum pernah digunakan dalam pertempuran. Baik Amerika Serikat dan Rusia, mengembangkan senjata ini sejak perang dingin sebagai bentuk 'pencegahan'.
Perkiraan intelijen publik AS yang teranyar memperkirakan Rusia memiliki hingga 2.000 senjata nuklir taktis. Sementara AS memiliki lebih sedikit, yakni lebih dari 200.
ADVERTISEMENT
Potensi Penggunaan Senjata Nuklir
The International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) telah memperingatkan ancaman nuklir menciptakan rasa ketidakpastian yang berbahaya seputar kemungkinan penggunaannya.
Semakin lama operasi Rusia di Ukraina berlangsung, semakin besar risiko serangan nuklir, ICAN memperingatkan bulan lalu menjelang ulang tahun pertama serangan itu.
Putin mengumumkan bulan lalu bahwa Moskow akan menangguhkan keikutsertaannya dalam New START, perjanjian kontrol senjata terakhir yang tersisa antara dua kekuatan nuklir utama dunia Rusia dan Amerika Serikat.
Kepala NATO Jens Stoltenberg mengecam Rusia karena menangguhkan perjanjian pembatasan senjata nuklir dengan AS, dengan mengatakan itu menandai berakhirnya fondasi kontrol senjata Eropa pascaperang dingin.