Meski Dilobi Menlu AS, RI Tak Perlu Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel

24 Desember 2021 14:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Israel mengibarkan bendera di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem, di Yerusalem, Selasa (15/6). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Israel mengibarkan bendera di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem, di Yerusalem, Selasa (15/6). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
ADVERTISEMENT
Israel hingga saat ini masih mengupayakan normalisasi hubungan dengan Indonesia. Kali ini, lobi dilakukan langsung oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, saat berkunjung ke Jakarta pada 14 Desember lalu.
ADVERTISEMENT
Meski sudah ada lobi dari Negara Adidaya, Juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, mengatakan Indonesia tetap berada pada posisi konsisten terhadap Palestina, yaitu mendukung perjuangannya melawan Israel.
Setelah lobi lepas lobi dilakukan yang menjadi pertanyaan: Haruskah Indonesia mencoba membuka hubungan diplomatik dengan Israel?
Menurut Ketua Program Pascasarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, Indonesia tidak perlu membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Mengapa?
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Foto: Abir Sultan/Pool/REUTERS
“Secara kepentingan nasional itu, kita enggak ada kepentingan yang jelas gitu, ya, dengan Israel, yang membutuhkan kita membuka hubungan diplomatik,” papar Broto ketika dihubungi kumparan, Jumat (24/12).
Hal ini disebabkan, banyak hal yang sudah tercapai antara Indonesia-Israel, tanpa perlu membuka hubungan diplomatik resmi.
“Kan kalau kita bicara kepentingan nasional kita kesana, satu, yang paling nyata itu kunjungan. Jadi kan, ziarah ke Tanah Suci. Itu bisa dilakukan tanpa harus membuka hubungan diplomatik,” jelas Broto.
ADVERTISEMENT
Pun dengan urusan perdagangan maupun keamanan. Meskipun Indonesia-Israel tak punya hubungan diplomatik, ekspor dan impor tetap berjalan.
Menurut International Trade Center, Indonesia mengekspor produk dari kategori mesin, perlengkapan elektrik, hingga lemak dan minyak hewani. Sedangkan produk yang diimpor ke Indonesia dari Israel mencakup reaktor nuklir dan peralatan mekanis, serta senjata dan amunisi.
Menlu RI Retno Marsudi (kanan) berbincang dengan Menlu AS Antony Blinken saat menerima kunjungan kerja di Kantor Kemenlu Jakarta, Selasa (14/12/2021). Foto: Humas Kemenlu/HO ANTARA FOTO
“Jadi dari situ, kan, sebetulnya yang jadi pertanyaan: Kalau selama ini saja itu semua bisa kita dapatkan tanpa adanya hubungan diplomatik, terus buat apa kita membuka hubungan diplomatik?” ungkapnya.
Menurutnya, untuk membuka hubungan diplomatik, terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Mulai dari keuntungan yang akan didapatkan dari hubungan itu, hingga komitmen Indonesia terhadap Palestina.

Kenapa UEA Penting Bangun Hubungan Diplomatik dengan Israel, Tapi RI Tidak?

Membahas lobi yang dilakukan oleh Menlu Blinken, upaya normalisasi hubungan Indonesia dan Israel ini dilakukan di bawah Abraham Accords.
ADVERTISEMENT
Perjanjian ini dirajut pada Pemerintahan eks Presiden Donald Trump dan berhasil mendamaikan Israel dengan negara-negara Muslim dunia, seperti Uni Emirat Arab, Maroko, dan Sudan.
Lantas, mengapa beberapa negara Teluk—yang merupakan pendukung setia Palestina—memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Israel, apa yang membedakan mereka dengan Indonesia?
Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid duduk di sebelah Menteri Negara Uni Emirat Arab Ahmed Ali Al Sayegh selama pertemuan mereka di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Foto: Shlomi Amsalem/Government Press Office/Reuters
Menurut Broto, memang ada kepentingan bagi UEA untuk akhirnya berdamai dengan Israel, sementara Indonesia tidak.
“Kalau konteks UEA, itu, kan, mereka punya kekhawatiran dengan Iran. Karena posisinya secara geografis dekat, ya. Iran itu jadi semacam sumber ancaman [terhadap] UEA. Kemudian, ada kebutuhan mensinergikan upaya [dengan Israel] untuk mengantisipasi tindakannya Iran,” jelas dia.
Hubungan antara Iran dan UEA memang kurang harmonis. Mengingat, UEA adalah kawan dekat Arab Saudi, yang merupakan rival Iran.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut, menurutnya, membutuhkan kerja sama yang lebih erat di bidang keamanan dan politik antara UEA dengan Israel.
“Jadi, ada pertimbangan geopolitik yang dipakai oleh Uni Emirat Arab. Kalau Indonesia, kan, enggak punya pertimbangan geopolitik, enggak muncul di kita,” tutup dia.