Meski Kasus COVID-19 Makin Meroket, Inggris Tetap Cabut Pembatasan Kegiatan

19 Juli 2021 12:05 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Margaret Keenan mendapat tepuk tangan dari staf rumah sakit setelah menjadi pasien pertama di Inggris yang menerima vaksin corona Pfizer BioNtech COVID-19 di Rumah Sakit Universitas, Coventry, Inggris. Foto: Jacob King / Pool / REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Margaret Keenan mendapat tepuk tangan dari staf rumah sakit setelah menjadi pasien pertama di Inggris yang menerima vaksin corona Pfizer BioNtech COVID-19 di Rumah Sakit Universitas, Coventry, Inggris. Foto: Jacob King / Pool / REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Inggris per Senin (19/7/2021) akhirnya memberlakukan kebijakan kontroversial. Seluruh pembatasan kegiatan terkait COVID-19 resmi dicabut.
ADVERTISEMENT
Kelab malam kini sudah bisa beroperasi kembali. Beberapa tempat indoor pun diizinkan dipakai dengan kapasitas penuh.
Pemakaian masker dan bekerja dari rumah yang sempat wajib dilakukan sudah resmi dihentikan. Perdana Menteri Boris Johnson menyatakan, pencabutan aturan-aturan terkait COVID-19 adalah hari kebebasan.
Seorang wanita duduk di luar di Dalston saat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) berlanjut, London, Selasa (14/4). Foto: REUTERS/Hannah McKay
Agar pencabutan aturan kegiatan berjalan lancar, Johnson meminta warga yang belum divaksin untuk segera disuntik vaksin. Sebab, saat ini adalah waktu tepat membuka seluruh kegiatan yang tadinya sempat dilarang.
"Bila kami tak melakukan sekarang, maka kami akan membuka ini semua pada Musim Gugur, dan bulan-bulan di Musim Dingin. Itu akan membuat virus itu mengambil keuntungan dari udara dingin," ucap Johnson seperti dikutip dari AFP.
"Jika tak sekarang, kita harus bertanya pada diri sendiri, kapan ini akan dilakukan? jadi ini waktu tepat, kita harus melakukan ini dengan hati-hati," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Langkah Pemerintahan Johnson membuka segala aktivitas, mendapat penolakan dari oposisi dan ahli medis. Mereka sepakat menyatakan, pembukaan kegiatan tak boleh dilakukan saat kasus tengah meroket.
Saat ini Inggris mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang disebabkan menyebarnya varian Delta. Rata-rata penambahan kasus harian telah mencapai 50 ribuan.
Ahli medis Inggris bahkan memprediksi beberapa waktu ke depan penambahan kasus bisa mencapai 100 ribu per hari.
Jubir Partai Buruh untuk bidang kesehatan, James Ashworth, menyebut langkah Johnson ceroboh. Partai Buruh adalah kelompok oposisi di Inggris.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson bersama istrinya Carrie Johnson menyaksikan pertandingan Inggris melawan Denmark di semi final Euro 2020 di Stadion Wembley, London, Inggris. Foto: Frank Augstein/REUTERS
Ashworth menuduh Johnson mengabaikan peringatan ahli kesehatan. Tindakan Johnson dinilai membahayakan kesehatan global.
"Kami menolak pembukaan tanpa ada tindakan pencegahan," ucap Ashworth.
Prof. Neil Ferguson dari Imperial College London memperingatkan Pemerintahan Johnson, varian Delta sulit dikendalikan. Ia menegaskan, prediksi 100 ribu kasus per hari atau lebih sangat mungkin jadi nyata.
ADVERTISEMENT
"Kita bisa mencapai 2000 orang dirawat di rumah sakit per hari, dan penambahan bahkan bisa sampai 200 ribu per hari," tegas dia.