Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Meski Sekutu AS, Presiden Korsel Tolak Perubahan Status Quo di Taiwan
29 November 2022 11:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Di tengah memanasnya hubungan Amerika Serikat dan China terkait dengan Taiwan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menegaskan bahwa negaranya dengan tegas menentang segala upaya untuk mengubah status quo secara sepihak, Senin (27/10).
ADVERTISEMENT
Hubungan antara Korsel dan AS yang lebih erat telah menjadi fokus kebijakan luar negeri Korsel di bawah kepemimpinan Yoon. Namun seperti pendahulunya mantan Presiden Moon Jae-In, Yoon lebih hati-hati dalam merespons ketegangan dan persaingan antara AS dan China.
Apa yang dilakukan Yoon didasari alasan kuat. China merupakan mitra dagang terbesar Korsel yang berdekatan secara geografis dekat dengan Korut.
Di era kepemimpinannya Yoon ingin memperkenalkan strategi yang berfokus mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas, damai, dan makmur di tengah gejolak di wilayah. Oleh karena itu, terkait dengan isu Taiwan, Yoon mengatakan bahwa konflik harus diselesaikan sesuai dengan norma dan aturan internasional yang berlaku.
"Saya dengan tegas menentang segala upaya untuk mengubah status quo secara sepihak," kata Yoon.
ADVERTISEMENT
Sikap tersebut juga ditunjukkan oleh Yoon dalam KTT G20 di Bali. Dalam kesempatan tersebut, Yoon berkomitmen untuk mencegah konflik dengan memberlakukan dialog damai.
"Kami akan mempromosikan tatanan regional yang harmonis di mana negara-negara di kawasan saling menghormati hak dan kepentingan masing-masing, dan mencari keuntungan bersama," jelasnya yang dikutip oleh AFP.
“Berdasarkan tiga visi utama kebebasan, perdamaian dan kemakmuran, dan di bawah tiga prinsip kerja sama utama yaitu inklusivitas, kepercayaan, dan timbal balik, kami akan menerapkan strategi Indo-Pasifik,” tambah Yoon.
Konflik Taiwan dan China dipicu oleh sengketa kedaulatan. Taiwan menganggap sebagai negara berdaulat meski minim pengakuan internasional. Sedangkan China menganggap Taiwan sebagai bagian negaranya.
Setelah dipimpin Presiden Tsai Ing-wen memimpin Taiwan, China memperkuat tekanannya baik secara diplomatik atau ancaman militer. Tsai dikenal sebagai sosok pro-kemerdekaan yang begitu anti terhadap China.
ADVERTISEMENT
Konflik diperparah kehadiran AS. Meski mengakui China, selama beberapa tahun terakhir AS makin mesra dengan Taiwan.
Bahkan Ketua eks DPR AS Nancy Pelosi saat masih menjabat sempat melawat ke Taiwan. Tindakan Pelosi memicu China naik pitam. China menganggap AS mencampuri urusan internal dan mendukung kemerdekaan Taiwan.
Penulis: Thalitha Yuristiana.