Meski Sepakat Gencatan Senjata, Israel Malah Ancam Serang Hizbullah

27 November 2024 10:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Maya Alleruzzo / POOL / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Maya Alleruzzo / POOL / AFP
ADVERTISEMENT
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah akhirnya tercapai melalui mediasi Amerika Serikat dan Prancis. Perjanjian ini berlaku pada Rabu (27/11). Di tengah kesepakatan itu Israel tetap mengancam Hizbullah.
ADVERTISEMENT
Kesepakatan gencatan senjata membuka jalan untuk mengakhiri konflik di perbatasan Israel-Lebanon yang telah menewaskan ribuan orang sejak perang Gaza tahun lalu.
Presiden AS Joe Biden mengaku telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati untuk memastikan implementasi gencatan senjata.
Netanyahu menyambut baik perjanjian tersebut, namun siap menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran dari Hizbullah.
“Kami akan menegakkan perjanjian ini dan merespons dengan tegas jika terjadi pelanggaran. Dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat, kami mempertahankan kebebasan bertindak militer sepenuhnya. Jika Hizbullah melanggar perjanjian atau mencoba mempersenjatai kembali, kami akan menyerang dengan tegas,” ujar Netanyahu, seperti dikutip dari Reuters.
Seorang anggota militer Israel mengatur bendera Israel saat kendaraan lapis baja diatur dalam formasi, di tengah permusuhan lintas batas antara Hizbullah dan Israel, di Israel utara, Senin (30/9/2024). Foto: Gil Eliyahu/REUTERS
Ia juga memanfaatkan momen ini untuk memulihkan kekuatan militer Israel, termasuk pengisian ulang persediaan senjata dan memberi waktu istirahat kepada tentaranya. Meski demikian, kini pihaknya akan kembali mengintensifikasi perang melawan Hamas.
ADVERTISEMENT
“Ketika Hizbullah tidak terlibat, Hamas akan bertarung sendirian. Kami akan meningkatkan tekanan terhadapnya,” tambahnya.
Netanyahu menilai Hizbullah kini lebih lemah dibanding awal konflik.
Walaupun serangan Israel belum sepenuhnya melumpuhkan sekutu Hamas berideologi Syiah itu, ia mengeklaim telah berhasil menghancurkan sebagian besar infrastruktur, senjata, dan komandan utamanya.
Warga Palestina memeriksa sebuah rumah yang rusak akibat serangan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza (7/5/2024). Foto: Hatem Khaled/REUTERS

Fokus pada Ancaman Iran

Pemerintah Israel kini sepakat mengalihkan fokus pada ancaman dari Iran, yang dikenal sebagai pendukung utama Hizbullah, Hamas, dan kelompok proksi lainnya.
Sejak perang Gaza pecah, Iran dilaporkan telah menembakkan rudal dan drone ke wilayah Israel sebagai serangan balasan. Namun, tentara Israel mengeklaim sebagian besar gempuran itu berhasil dicegat.
Sementara itu, konflik yang memuncak antara Israel dan Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir telah memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
ADVERTISEMENT
Gencatan senjata ini menjadi harapan bagi warga Lebanon dan Israel terdampak konflik untuk kembali ke rumahnya.
Namun, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, memperingatkan warga sipil Lebanon agar tidak kembali ke rumah meskipun gencatan senjata mulai berlaku.
"(Israel) akan memberi tahu Anda tanggal yang aman untuk kembali," katanya seperti dikutip dari Al Jazeera.
Lewat cuitan di X, Adraee juga mengatakan militer Israel akan tetap siaga di posisinya di Lebanon selatan.
Anggota tentara Lebanon berkumpul di dekat kendaraan yang rusak setelah apa yang menurut sumber keamanan adalah serangan Israel, di Jadra, Lebanon 10 Februari 2024. Foto: Aziz Taher/Reuters