Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi memimpin sidang kabinet paripurna di Istana Negara membahas penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi virus corona pada Senin (7/9).
ADVERTISEMENT
Dalam sidang kabinet yang diikuti para menteri Kabinet Indonesia Maju dan Komite COVID-19 itu, Jokowi mengingatkan soal berbagai klaster penularan virus corona yang mengancam saat ini. Salah satunya adalah klaster keluarga.
"Hati hati, perlu saya sampaikan, hati hati yang namanya klaster kantor. Kedua, klaster keluarga, hati hati. Terakhir, klaster pilkada, hati-hati ini agar ini selalu diingatkan," kata Jokowi di Istana Negara.
Waspadai Klaster Keluarga
Jokowi menilai, klaster keluarga dan klaster perkantoran harus diantisipasi karena selama ini pemerintah dan masyarakat terus fokus mencegah wabah corona di tempat-tempat umum.
Padahal, risiko penyebaran virus corona di keluarga juga besar dan selama ini tak sedikit orang yang mengabaikannya.
"Karena selalu yang kita kejar adalah tempat-tempat umum, tempat publik. Tapi kita lupa, kita harus hati-hati dengan klaster keluarga karena kita di rumah merasa aman justru di situ harus hati hati," kata Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Dalam perjalanan kita masuk kantor, kita sudah merasa aman sehingga kita juga lupa di dalam kantor protokol kesehatan," lanjut dia.
Klaster Keluarga Penyebab Meningkatnya Kasus Corona
Kasus positif dan angka kematian akibat virus corona di Bali semakin meningkat. Peningkatan terjadi sejak Pemprov Bali mulai menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB) 31 Juli lalu dan munculnya penularan klaster keluarga.
Menurut Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, aktivitas warga baik bekerja maupun berwisata cukup tinggi. Selain itu, masih banyak warga yang ditemukan abai menerapkan protokol kesehatan, terutama memakai masker.
"Sebenarnya bukan hanya buka domestik tapi sejak kita buka Bali, lebih terbuka untuk kegiatan masyarakat lokal, kita bisa lihat pergerakan masyarakat kita sangat intens sangat tinggi, di objek-objek (wisata) di Kintamani, di Bedugul sangat tinggi sekali, dan mohon maaf, kesadaran mereka untuk makai masker kita lihat juga tidak semua," kata pria yang akrab disapa Cok Ace ini di Denpasar, Senin (7/9).
ADVERTISEMENT
Warga yang abai menerapkan protokol kesehatan ini didominasi oleh anak muda yang memiliki imun tubuh kuat, positif corona tanpa gejala. Namun, usai beraktivitas di luar rumah, anak muda ini diduga menularkan corona saat tiba di rumah.
Sudah Ada 320 Klaster Keluarga di RI, 639 Positif Corona
Klaster keluarga kini menjadi momok di tengah pandemi corona. Jumlah orang yang terinfeksi di klaster ini makin hari makin banyak.
Analis dari Pandemic Talks, Firdza Radiany, membeberkan sudah ada 320 klaster keluarga yang tercatat. setidaknya 639 orang positif corona.
Kata Firdza, klaster keluarga itu terjadi ketika salah satu anggota keluarga yang biasa beraktivitas di luar rumah terpapar corona lalu menularkan ke anggota keluarga lainnya. Dalam hal ini semua harus waspada.
ADVERTISEMENT
"Kenapa klaster keluarga berbahaya? Menurut kami karena akhirnya setelah klaster kantor, subtransmisi ini akhirnya masuk ke keluarga. Di mana ini unit sosial terkecil kan keluarga," jelas Firdza dalam diskusi virtual di gedung BNPB, Senin (7/9).
Anak-anak Main di Luar Abai Protokol Corona Berpotensi Picu Klaster Keluarga
Klaster keluarga kini menjadi salah satu penularan corona yang wajib diperhatikan. Anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah bisa saja menulari anggota keluarga lain, termasuk virus yang dibawa anak-anak.
"Bisa juga anak-anak yang main di sekitar keluarga, di sekitar lingkungan, datang membawa virus [corona] dan menulari ke yang lain, itu yang terjadi," ujar Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia-PDP, dr Erlang Samoedro, dalam talkshow 'Klaster Keluarga dan Cara Menanganinya' di Graha BNPB, Senin (7/9).
ADVERTISEMENT
Seorang anak yang masih memiliki imunitas kuat tak akan menyadari sudah ada virus di dalam tubuhnya. Ketika anak itu pulang bermain dan kontak dengan anggota keluarga yang rentan seperti lanjut usia dan comorbid, itu akan membahayakan.
Senada dengan Erlang, analis dan penulis @pandemictalks, Firdza Radiany, mengungkap penyebab klaster keluarga bisa terjadi. Salah satunya membiarkan anak bermain tanpa protokol (masker, menjaga jarak, mencuci tangan).
"Membiarkan anak-anak bermain bersama di dalam kompleks (tanpa protokol). Karena anak ini, dalam jurnal ilmiah, terbukti berperan sebagai pembawa virus," tutur Firdza.