Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mewujudkan Mimpi Kang Jack Miliki Sekolah Gratis
11 Agustus 2017 8:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Perjalanan dari Jakarta menuju kota Bandung memang bukanlah sesuatu yang perlu menjadi cerita istimewa.
ADVERTISEMENT
Tol Bekasi yang kerap macet, bus-bus yang merangkak perlahan menyusuri perbukitan di KM 90 mengular di sepanjang Tol Cipularang, hingga bukit-bukit hijau yang menyapa pengendara mobil, adalah hal biasa yang selalu terjadi. Tak disangka, hal-hal biasa seperti itulah yang menambah keistimewaan perjalanan ke Bandung hari ini.
Setelah sempat salah jalan, sampailah tim kumparan (kumparan.com) di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran. Kampus masih sepi, namun tak mengapa. Hari ini, kami akan mengunjungi seorang juru parkir di kampus tersebut. Kang Jack, biasa ia dipanggil.
Siapa alumnus Fikom Unpad yang tak mengenalnya ? Kang Jack, si juru parkir yang juga pendiri sekolah gratis bagi anak-anak tak mampu.
Dari kampus Unpad, kami melangkah ke Rancaekek, tempat Kang Jack tinggal dan mengelola sekolah gratis. Kami diterima di dalam perpustakaan sekolah. Koleksi bukunya tak begitu banyak, namun rapi tersusun dengan menggunakan katalog.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita ngasih nomor, kita manggil mahasiswa. Mereka kan lebih mengerti. Ketika mereka sudah dapat mata kuliah pengarsipan, mereka sudah diarahkan kampus ke sini,” katanya.
Kang Jack melanjutkan ceritanya mengenai sekolah yang ia rintis sejak 2012. Keinginannya untuk sekolah yang pupus karena masalah ekonomi, mendorongnya untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagi sekitarnya.
“Mereka (orang tua) memiliki keinginan untuk menyekolahkan anaknya, anaknya pun ingin sekolah hanya ada kendala dengan keuangan. Mereka mungkin merasakan manfaat (bersekolah) di sini, ini jadi kebanggaan untuk saya," ujar Kang Jack.
"Saya merasa inilah kebahagiaan saya, melihat orang yang tadinya terpuruk bisa tertawa bahagia bersama. Bahagia bukan berarti kita punya segalanya tapi orang lain terpuruk, itu bukan bahagia namanya,” lanjutnya.
Ia ingin agar sekolah gratis ini menjadi oase bagi setiap orang yang tidak merasakan bangku sekolah. Tak main-main, ia menyiapkan dengan baik segala fasilitas yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
“Cita-cita saya pengin ada ruangan komputer. Kita sih penginnya tiga lantai, nantinya kita pengin juga ada sekolah yang lanjutan dari SD, SMP. Ada paket, nantinya. Kita pengin seperti itu. Saya juga kan tidak sekolah, barangkali bisa belajar sekalian,” ucapnya.
Juru parkir Fikom Universitas Padjajaran sejak tahun 1992 ini mula-mulanya hanya mengotrak rumah sederhana. Seiring dengan bertambahnya murid, ia mulai pembangunan sekolah.
Kini, sekolah tersebut sudah memiliki 200 murid yang diajar dengan kurikulum Provinsi Jawa Barat. Meski demikian, ia pun melengkapi kurikulum dengan berbagai pelajaran non-formal seperti mengaji serta kegiatan penunjang pembelajaran.
“Kalau pembelajaran yang diutamain baca Al-Quran, salat berjamaah, duha, kemudian Iqra, istirahat, makan, setelah itu pembelajaran formil,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Yang atasnya (lantai tiga) nanti untuk edukasi anak-anak, ada tanaman yang pakai paralon. Kita ngajarin anak-anak bukan untuk makan aja, kita ajarin menanamnya seperti apa, berapa bulan untuk tumbuh,” beber Kang Jack.
Kunjungan ke Rancaekek hari itu merupakan kunjungan sekaligus penyerahan donasi secara simbolis. Melalui kitabisa.com, donasi telah terkumpul Rp 168.638.052,- dari 815 donatur.
Kang Jack hampir tak bisa berkata-kata menerima donasi tersebut. Pulih dari terkejutnya, ia menghaturkan terima kasih bagi seluruh donatur yang telah membantunya mewujudkan sekolah gratis ini.
“Mungkin saya tidak tahu siapa saja yang membantu saya, yang saya tidak mungkin saya sebutkan satu per satu. Tapi, dari hati yang paling dalam, saya ucapkan terima kasih dan mudah-mudahan Allah yang membalas semua kebaikan mereka,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sore itu, kami kembali ke Jakarta. Namun, Bandung telah memberi pelajaran yang berharga. Bahagia tak selalu harus punya segalanya, namun membuat orang bahagia itulah yang menjadi kebahagiaan hakiki bagi manusia. Kang Jack, telah membuktikannya.