Militer Duterte Bombardir Markas Abu Sayyaf dari Udara

31 Januari 2019 11:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jet tempur Filipina. (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jet tempur Filipina. (Foto: Wikipedia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Filipina Rodrigo Duterte tidak main-main ketika mengatakan akan menghancurkan kelompok Abu Sayyaf, pelaku pengeboman gereja di Sulu. Militer Filipina pekan ini membombardir dari udara lokasi yang diyakini tempat Abu Sayyaf bersembunyi.
ADVERTISEMENT
Diberitakan media Filipina ABS CBN, pada Rabu (30/1), militer Filipina mengatakan serangan itu dilakukan jet tempur mereka pada Selasa lalu di wilayah selatan provinsi Sulu. Tepatnya serangan udara dilakukan di kota Patikul dan Indanan.
Dalam sebuah cuplikan televisi, tentara Filipina terlihat juga menembakkan meriam ke tempat yang diduga persembunyian Abu Sayyaf. Militer Filipina menyebut Ommal Usop, anggota faksi Ajang-ajang dari Abu Sayyaf tewas dalam serangan tersebut.
Kelompok Ajang-ajang diyakini pelaku pengeboman gereja di Jolo. Saat ini militer tengah memburu Kamah, anggota Ajang-Ajang yang diduga otak dari serangan gereja.
"Kami memanfaatkan seluruh kekuatan militer melawan Abu Sayyaf," kata Brigadir Jenderal Divino Rey Pabayo, komandan pasukan gabungan di Sulu.
Serangan udara dilakukan sehari setelah Duterte mengunjungi lokasi ledakan di gereja kota Jolo. Sebanyak 21 orang tewas dalam dua ledakan pada Minggu lalu itu.
ADVERTISEMENT
Rabu lalu, granat dilempar ke sebuah masjid di kota Jolo, menewaskan dua orang. Berbagai serangan ini dikhawatirkan memicu konflik antar masyarakat di Filipina selatan. Duterte memerintahkan militer untuk "meratakan" Abu Sayyaf dengan semua kekuatan yang mereka miliki.
"Perang total terhadap teroris Abu Sayyaf berlanjut. Perintah dari Presiden adalah meratakan Abu Sayyaf," ujar Kolonel Gerry Besana, juru bicara Komando Mindanao Barat.
Serangan udara terhadap kelompok teroris pernah dilakukan Filipina di Marawi pada 2017. Ketika itu kota tersebut dikuasai Abu Sayyaf dan milisi simpatisan ISIS lainnya. Perang yang berlangsung selama lima bulan itu menewaskan pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon.