Militer Ethiopia Kepung Ibu Kota Tigray, Pemberontak TPLF Siap Mati

24 November 2020 12:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota milisi wilayah Amhara naik truk mereka saat mereka menuju untuk menghadapi Tigray People's Liberation Front (TPLF), di Sanja, wilayah Amhara dekat perbatasan dengan Tigray, Ethiopia. Foto:  Tiksa Negeri/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Anggota milisi wilayah Amhara naik truk mereka saat mereka menuju untuk menghadapi Tigray People's Liberation Front (TPLF), di Sanja, wilayah Amhara dekat perbatasan dengan Tigray, Ethiopia. Foto: Tiksa Negeri/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pemimpin pemberontak Tigray menolak menyerah. Mereka menyatakan rakyat siap mati mempertahankan tanah Tigray.
ADVERTISEMENT
Penolakan disampaikan usai PM Ethiopia Ahmed Abiy memberikan ultimatum 72 jam kepada pemberontak Tigray untuk menyerah. Ultimatum akan berakhir pada Rabu (25/11) waktu Ethiopia.
Sejak 4 November 2020, Abiy meluncurkan operasi militer untuk menggempur pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Abiy menuduh TPLF otak penyerangan dua barak militer yang bertujuan untuk menciptakan kekacauan pada pemerintahannya.
Ilustrasi militer Ethiopia. Foto: Amanuel SILESHI / AFP
Pada Senin (23/11) seiring keluarnya ultimatum, tentara Ethiopia bergerak menuju ibu kota Tigray, Mekele. Kini, mereka berjarak 60 kilometer dari Mekele dan siap membombardir kota tersebut jika TPLF tak menyerah.
Abiy juga menegaskan, pemberontak TPLF sudah berada pada titik yang tidak bisa ke mana-mana lagi.
Ancaman Abiy ditanggapi keras TPLF. Pemimpin TPLF Debretsion Gebremichael menyebut ultimatum cuma akal-akalan Abiy melihat tentara Ethiopia digempur habis-habisan oleh milisi TPLF. Ancaman pun dianggap sebagai cara mengulur-ulur waktu.
Warga Ethiopia yang melarikan diri dari konflik di Tigray Ethiopia, tiba di tepi Sungai Tekeze di perbatasan Sudan-Ethiopia, di Hamdayet, Sudan, (21/11). Foto: Nariman El-Mofty/AP Photo
“Dia tidak mengerti siapa kami,” ucap Debretsion seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
“Kami adalah orang-orang punya prinsip dan siap mati untuk membela hak kami mengatur wilayah kami,” sambung dia.

Krisis Kemanusiaan di Ethiopia

Sementara itu Brigadir Jenderal Tesfaye Ayale mengatakan, operasi militer yang diluncurkan bila pemberontak tak menyerah akan dilakukan tanpa belas kasih. Tank akan dikerahkan demi merebut Mekele. Warga sipil di Mekele pun diminta segera angkat kaki selagi bisa.
Ancaman tersebut dikhawatirkan membuat situasi di Tigray memburuk. Sebab, sejak 4 November 2020 jet tempur Ethiopia menggempur Tigray dan menyebabkan ratusan orang terluka.
Tigray diperkirakan akan hancur bila pertempuran darat antara pemberontak dan militer benar-benar pecah dalam waktu dekat.
Karena konflik berdarah selain menewaskan ratusan orang, puluhan ribu warga Ethiopia mengungsi ke Sudan. PBB menyebut, situasi di Ethiopia adalah krisis kemanusiaan.
ADVERTISEMENT