Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Militer Rusia dan Sekutunya Tinggalkan Kazakhstan 2 Hari ke Depan
11 Januari 2022 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Usai dikerahkan untuk membantu penanganan situasi Kazakhstan yang mencekam, pasukan militer pimpinan Rusia akan segera meninggalkan negara besar di Asia Tengah tersebut.
ADVERTISEMENT
Kabar itu disampaikan langsung oleh Presiden Kassym-Jomart Tokayev pada Selasa (11/1). Pasukan sekutu Rusia tergabung dalam aliansi militer eks negara pecahan Uni Soviet Collective Security Treaty Organization (CSTO).
“Misi utama pasukan perdamaian CSTO sudah sepenuhnya selesai. Dalam waktu dua hari, penarikan kontingen perdamaian CSTO secara bertahap akan dimulai. Proses penarikan akan berlangsung tak lebih dari 10 hari,” ujar Tokayev kepada parlemen secara virtual, dikutip dari Reuters.
Kerusuhan di Kazakhstan yang terjadi pada pekan lalu dipicu oleh demonstrasi kenaikan harga LPG. Tokayev menyebut kekacauan yang terjadi di negaranya sebagai percobaan kudeta dan melibatkan militan dari kelompok radikal.
Ketegangan yang meningkat, terutama di kota terbesar Almaty, membuat Tokayev meminta bantuan kepada koalisi militer CSTO. Dalam operasi tersebut, CSTO mengerahkan 2.030 tentara dan 250 perlengkapan militer.
ADVERTISEMENT
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, berkat kehadiri pasukan CSTO, upaya kudeta yang dilakukan di Kazakhstan berhasil diredam.
Sebelumnya, negara-negara Barat sempat mempertanyakan pilihan Kazakhstan untuk meminta bantuan kepada Rusia. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan Kazakhstan sebetulnya mampu untuk menangani situasi itu sendiri.
"Satu pelajaran yang terjadi dalam sejarah baru-baru ini, sekali Rusia ada di rumah anda, terkadang sulit untuk meminta mereka pergi," ucap Blinken seperti dikutip dari BBC.
Presiden Salahkan Komite Keamanan Nasional
Sejumlah pakar Asia Tengah berpendapat, pertikaian antar-klan elitis Kazakhstan berpengaruh besar dalam kerusuhan besar tersebut.
Sedangkan menurut Pemerintah Kazakhstan, kerusuhan ini awalnya bermula dari demonstrasi damai, namun dibajak oleh oknum yang ingin menggulingkan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Buntut dari kekacauan di Kazakhstan, Tokayev memecat kepala Komite Keamanan Nasional (NSC), Karim Massimov. Ia kemudian ditahan atas tuduhan makar.
Dalam pidatonya kepada parlemen, Tokayev mengatakan NSC tak hanya luput dalam mendeteksi ancaman, tetapi juga gagal bertindak dengan benar selama kerusuhan berlangsung.
“Di beberapa kota, kepala dari departemen Komite Keamanan Nasional, meninggalkan [markas mereka] dan meninggalkan persenjataan serta dokumen rahasia, meskipun mereka memiliki pasukan tempur yang memadai,” ungkap Tokayev.
Ia tidak menyebut nama tersangka di balik kerusuhan tersebut.
Tetapi, ia menjelaskan latar belakang dari aksi protes tercipta dari kegagalan negara dalam melawan kemiskinan dan memastikan distribusi pendapatan yang merata.
Bahkan, Tokayev menyatakan keinginannya agar eks Presiden Nursultan Nazarbayev dan rekan-rekannya untuk membagikan harta kekayaan mereka kepada publik. Caranya adalah dengan melakukan donasi dan membangun yayasan amal.
ADVERTISEMENT
“Terima kasih kepada Presiden pertama sekelompok perusahaan yang sangat berlaba bisa tumbuh di negara ini, dan juga sekelompok orang kaya raya, berdasarkan standar internasional,” ucap Tokayev.
“Saya rasa, sudah waktunya mereka memberi kepada rakyat Kazakhstan dan membantu mereka secara sistemik dan rutin,” lanjutnya.
Tokayev dipilih langsung oleh Nazarbayev, presiden Kazakhstan yang memimpin negara kaya minyak itu selama 30 tahun. Nazarbayev mengundurkan diri pada 2019, namun tetap memiliki kedudukan yang besar di Pemerintahan.
Ia dipecat oleh Tokayev dari jabatan Kepala Dewan Keamanan Nasional pekan lalu, ketika demonstrasi sedang panas-panasnya.