Misi Perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia Dinilai Belum Mencapai Terobosan

2 Juli 2022 11:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta rombongan tiba di Indonesia pada Sabtu, 2 Juli 2022, usai melakukan kunjungan kerja ke Jerman, Ukraina, Rusia, dan Persatuan Emirat Arab (PEA) selama sepekan. Foto: Dok. Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta rombongan tiba di Indonesia pada Sabtu, 2 Juli 2022, usai melakukan kunjungan kerja ke Jerman, Ukraina, Rusia, dan Persatuan Emirat Arab (PEA) selama sepekan. Foto: Dok. Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini kembali ke Indonesia seusai kunjungannya ke Ukraina dan Rusia pada akhir Juni lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan ke dua negara pecahan Uni Soviet itu, Jokowi bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kunjungan itu disebut sebagai bagian dari misi perdamaian Indonesia atas perang yang masih berkecamuk di Ukraina dan telah berdampak terhadap negara-negara di dunia.
"Perjalanan saya ke ibu kota Ukraina dan bertemu Presiden Zelensky semata-mata untuk membawa misi perdamaian," tulis Jokowi melalui akunnya di Instagram, Rabu (29/6/2022).
Namun, misi perdamaian ini belum dapat dikatakan telah sukses dijalani. Hal ini disampaikan oleh Ketua sekaligus Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia, Dino Patti Djalal, saat merespons kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia.
"Menurut saya, kalau ukurannya adalah misi perdamaian, maka kita harus jujur menyatakan bahwa kunjungan ke Ukraina dan Rusia ini belum mencapai terobosan," tutur Dino dalam keterangannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini, menurut Dino, dapat disimpulkan melalui bagaimana respons masing-masing pemimpin negara Ukraina dan Rusia dalam menanggapi misi perdamaian Jokowi.
"Hanya Presiden Zelensky yang menyambut baik dan merespons misi perdamaian ini, dalam arti Presiden Zelensky menyampaikan pesan pada Presiden Putin melalui Presiden Jokowi dan juga menyatakan menghargai posisi dan sikap dan upaya Presiden Jokowi," papar dia.
Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Istana Maryinsky, Kiev, Ukraina, pada Rabu, (29/6/2022). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Respons Zelensky, dinilai Dino, lebih responsif terhadap misi perdamaian yang dibawa oleh Jokowi dibandingkan respons Putin. Hal ini terlihat saat konferensi pers bersama Jokowi digelar, Putin dalam pidatonya tidak merujuk ke upaya perdamaian dari Indonesia.
"Sewaktu di Moskow, Presiden Putin dalam konferensi pers sama sekali tidak menyebut mengenai misi perdamaian dan yang dirujuk, hanya mengenai hubungan ekonomi Indonesia Rusia," sambung Dino.
ADVERTISEMENT
"Sementara itu, Presiden Putin terus melanjutkan aksi militer dan perang di Ukraina itu, jadi dari segi misi perdamaian, saya tidak melihat adanya terobosan," terang dia.
Dino juga menyampaikan makna dari sebuah misi perdamaian. Menurutnya, misi perdamaian adalah konsep perdamaian yang diterima oleh kedua belah pihak, baik Ukraina maupun Rusia.
Kendati demikian, Dino menyampaikan bahwa sebagai warga Indonesia, kita tidak perlu berkecil hati atas upaya mewujudkan kedamaian ini. Dino merujuk pada upaya perdamaian yang telah diinisiasikan sebelumnya oleh Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Baik dari pihak PBB ataupun Turki, proses mediasi antara Rusia dan Ukraina hingga kini belum mencapai terobosan yang signifikan dan masih terhambat.
ADVERTISEMENT
Jadi, menurut Dino, proses perdamaian tidak dapat tercapai hanya dalam satu kunjungan atau dalam satu atau dua hari saja.
"Tentu harus ada langkah-langkah berikutnya karena proses perdamaian di mana pun di dunia ini memerlukan sikap yang konsisten dan persisten yang gigih," tegas Dino.
Dino Patti Djalal Foto: www.bunghatta.ac.id