Misteri Dentuman di Gunungkidul dan Runtuhan di Sungai Bawah Tanah

23 Desember 2022 16:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dentuman. Dokumentasi Getty Images.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dentuman. Dokumentasi Getty Images.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dentuman misterius terdengar di beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis siang (22/12).
ADVERTISEMENT
Ahli geologi yang juga dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, Jatmika Setiawan, menduga sumber dentuman itu berasal dari reruntuhan atau amblekan dinding gua di sungai bawah tanah. Reruntuhan jatuh ke air dan menimbulkan suara.
"Dentuman itu bisa terjadi karena amblekan (runtuhan) yang terjadi di bawah tanah," kata Jatmika melalui sambungan telepon, Jumat (23/12).
Jatmika menjelaskan Gunungkidul merupakan kawasan batu gamping atau karst topografi. Di kawasan pegunungan karst terdapat endokarst dan eksokarst.
"Kalau di bawah permukaannya itu yang endokarst itu banyak saluran-saluran kalau yang kecil kemudian menjadi satu menjadi sungai bawah tanah, menjadi gua-gua yang dari yang kecil sampai gua-gua yang sangat besar di bawah batu gamping," katanya.
ADVERTISEMENT

Dentuman karena Amblekan Sering Terjadi

Dentuman karena amblekan di sungai bawah tanah ini juga terjadi saat gempa 2006 di Bantul. "Lapisan-lapisan batu gamping amblek tapi bawahnya ada sungai bawah tanah. Sehingga terasa ada dentuman di permukaan gitu," bebernya.
Contoh lain amblekan terjadi di Gua Pindul. Lubang untuk masuk dan keluar dari Gua Pindul saat ini tercipta dari amblekan. Dinding gua menipis setelah terjadi amblekan dan tercipta lubang.
Menurutnya, amblekan seperti ini adalah hal wajar di bantuan Gamping. "Fenomena sederhana karena itu umum terjadi di batu Gamping," katanya.
Menurut Jatmiko, tetap perlu adanya penelitian untuk memastikan suara dentuman kemarin itu berasal dari ambleknya dinding gua.
Masyarakat, menurut Jatmika diminta tetap hati-hati jika di bawahnya ada sungai bawah tanah. "Kalau membangun ya bangunan-bangunan yang cukup ringan jangan yang cukup berat," katanya.
ADVERTISEMENT